Pertama, pendidikan politik harus digalakkan sejak usia dini. Generasi muda sebagai calon pemilih dan pemimpin masa depan harus sejak dini dibekali pemahaman yang komprehensif tentang demokrasi, sistem politik, hak warga negara, etika berpolitik, dan lain sebagainya.Â
Mereka harus diajarkan untuk bersikap kritis, rasional, dan jauh dari sikap fanatisme buta terhadap figur publik. Ini bisa dilakukan secara formal melalui kurikulum sekolah maupun non-formal melalui berbagai forum diskusi dan pelatihan kepemudaan. Dengan begitu, diharapkan generasi muda kelak bisa menjadi pemilih yang cerdas dan rasional dalam berdemokrasi.
Kedua, elite politik dan parpol sebagai kontestan dalam pesta demokrasi harus mengedepankan kampanye positif. Mereka perlu menawarkan visi misi dan program kerja yang konkret, bukan sekadar menjatuhkan lawan politik lewat kampanye hitam. Pesta demokrasi harus dijadikan ajang kompetisi sehat dan bermartabat untuk menarik hati rakyat.
Undang-undang dan peraturan yang mengatur kampanye politik perlu dimutakhirkan agar lebih ketat melarang politik uang, SARA, dan kampanye hitam lainnya. Pengawasan independen dari masyarakat sipil juga penting untuk memastikan pesta demokrasi berlangsung adil dan beretika.
Ketiga, semua komponen bangsa harus ikut menjaga kerukunan sosial di tengah perbedaan politik yang ada. Media massa misalnya, perlu menjalankan jurnalisme damai yang tidak memicu konflik dan perpecahan di masyarakat. Tokoh agama dan adat juga hendaknya memberi contoh sikap toleran dan menghargai kebhinekaan. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat mengadakan dialog dan mediasi jika terjadi ketegangan akibat persaingan politik yang keterlaluan.
Dengan tiga langkah di atas, saya yakin pesta demokrasi di Indonesia dapat diselenggarakan dalam suasana yang lebih santun dan rasional. Perbedaan politik tidak akan memecah belah kesatuan dan kerukunan bangsa. Dengan demikian, cita-cita reformasi 1998 untuk mewujudkan demokrasi yang sehat dapat semakin dikembangkan di masa mendatang.
Itulah opini saya mengenai bagaimana membudayakan politik yang santun dan kritis dalam pesta demokrasi di Indonesia. Tentu pandangan ini masih jauh dari sempurna. Saya mengundang pembaca sekalian untuk memberi masukan dan kritik konstruktif demi memperbaiki tata kelola demokrasi di negara tercinta ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pemicu diskusi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H