Pemerintah pun perlu merevisi kebijakan rotasi kepala sekolah agar lebih memberdayakan guru-guru berprestasi untuk menjadi kepala sekolah. Misalnya dengan memberikan jalur khusus bagi guru berprestasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sekolah. Dengan bekal pendidikan yang memadai, guru-guru ini dapat menjadi calon kepala sekolah masa depan yang berkualitas.
Selain itu, perlu diadakan asesmen kompetensi kepemimpinan bagi calon kepala sekolah. Tes ini bisa mengukur aspek integritas, kemampuan berpikir strategis, dan kepemimpinan pendidikan dari setiap kandidat. Dengan demikian, pemilihan kepala sekolah bisa lebih objektif dan mendapatkan sosok terbaik yang mampu membawa inovasi bagi sekolah.
Sekolah pun perlu aktif melakukan pemetaan dan pembinaan talenta untuk menyiapkan kader-kader kepala sekolah masa depan. Misalnya dengan mengikutsertakan guru-guru berpotensi dalam pelatihan kepemimpinan atau magang ke sekolah unggulan. Hal ini akan memperkaya pengalaman dan wawasan guru untuk siap memimpin.
Dukungan lintas sektoral juga diperlukan, misalnya dari perguruan tinggi yang dapat menyediakan program sertifikasi kepala sekolah. Kerja sama dengan swasta yang sukses mengelola sekolah unggulan juga bisa dilakukan, seperti program coaching dan mentoring untuk calon kepala sekolah.
Dengan berbagai langkah di atas, diharapkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah secara nasional dapat terus ditingkatkan. Rotasi tetap diperlukan, namun yang lebih penting adalah memastikan kepala sekolah yang terpilih memiliki kompetensi dan visi untuk berinovasi demi kemajuan sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan secara holistik. Mari mulai langkahnya dari sekarang!
"Prestasi gemilang dicapai melalui loncatan pemikiran, bukan tapak yang sama"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H