Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nikmati Proses Menulis, Bukan Hasilnya

4 Februari 2024   01:05 Diperbarui: 4 Februari 2024   01:45 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Deepublish 

"Tulislah dengan hati, bagikanlah dengan cinta."

Dewasa ini, tren penurunan minat menulis di kalangan guru semakin terlihat. Hal ini terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah yang tidak lagi mewajibkan publikasi karya ilmiah dalam penghitungan angka kredit guru.

Kebijakan ini tanpa disadari berdampak negatif terhadap budaya literasi dan produktivitas menulis para guru. Akibatnya, banyak guru yang semula rajin menulis kini menjadi malas karena merasa tidak ada kewajiban lagi untuk itu. Sayang sekali, padahal menulis justru dapat meningkatkan kompetensi guru dalam berpikir kritis dan menuangkan ide. 

Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah untuk mendorong guru kembali rajin menulis, bukan karena kewajiban jabatan tapi kesadaran pribadi. Salah satu langkah penting adalah dengan menanamkan mindset bahwa menulis itu menyenangkan dan memberi banyak manfaat. 

Menulis seharusnya bukan dianggap sebagai beban melainkan aktivitas yang menyenangkan dan memuaskan. Dengan mindset dan pandangan yang benar, guru akan termotivasi untuk kembali menulis secara rutin. Menulis merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan bagi banyak orang. 

Melalui menulis, kita bisa menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman ke dalam sebuah tulisan. Menulis bisa menjadi sarana berekspresi diri sekaligus berbagi pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, guru perlu melihat menulis dari sisi positifnya agar termotivasi untuk menulis kembali.

Menulis merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan bagi banyak orang. Melalui menulis, kita bisa menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman ke dalam sebuah tulisan. Sayangnya, terkadang banyak penulis yang terjebak dalam tekanan untuk mendapatkan hasil tulisan yang sempurna. Mereka lupa untuk menikmati proses menulis itu sendiri. 

Padahal, menulis seharusnya dilihat sebagai sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Proses menuangkan ide ke dalam tulisan seringkali jauh lebih berharga daripada hasil tulisan itu sendiri. Dengan menikmati proses menulis, kita bisa belajar banyak hal baru.

Pertama, nikmati proses kreatif saat menuangkan ide. Saat menulis, kita perlu membuka pikiran untuk mengeksplorasi berbagai ide orisinil. Ini merupakan proses kreatif yang sangat menyenangkan, meskipun terkadang diperlukan pergulatan batin untuk menemukan ide tepat. Jangan cepat menyerah jika ide belum muncul. Nikmati saja proses brainstorming sampai menemukan ide cemerlang.

Kedua, nikmati proses menuangkan ide dalam rangkaian kata. Setelah menemukan ide, tantangan selanjutnya adalah menuangkannya dalam susunan kata dan kalimat yang indah. Ini juga proses kreatif yang menggembirakan karena kita bisa bereksperimen dengan berbagai pilihan kata. Jangan takut salah, ini bagian dari proses belajar menulis dengan baik. 

Ketiga, nikmati proses merevisi tulisan. Seringkali, hasil pertama kali menulis jauh dari sempurna. Maka dibutuhkan proses editing dan revisi berulang-ulang. Jangan anggap ini sebagai proses membosankan, sebaliknya ini saat yang tepat untuk menghasilkan tulisan terbaik yang kita bisa. Perbaiki alur, susunan kalimat, dan pilihan kata secara sabar.

Keempat, nikmati saat berbagi tulisan dengan orang lain. Setelah tulisan dirasa cukup baik, kita bisa membagikannya dengan teman atau pembaca. Mendapatkan tanggapan dari pembaca sebenarnya sudah sebuah kebahagiaan tersendiri. Jangan terbebani jika ada kritik membangun. Anggap itu proses untuk mengasah kemampuan menulis lebih baik lagi.

Dengan menikmati setiap proses menulis seperti itu, kita bisa terhindar dari tekanan mendapatkan hasil sempurna. Tekanan justru akan mematikan kreativitas. Hilangkan pula perasaan takut salah atau gagal. Menulis adalah aktivitas bereksplorasi melalui kata-kata. Kendala dan kegagalan adalah bagian alami dari proses kreatif. 

Lalu, apa tujuan utama kita menulis? Menulis tentu bisa menjadi ladang uang jika hasil tulisan kita laris dijual. Namun, uang seharusnya bukan menjadi satu-satunya tujuan menulis. Ada tujuan lain yang lebih murni dan berharga.

Pertama, menulis untuk kesenangan dan kepuasan pribadi. Menulis bisa jadi hobi yang menyenangkan untuk melepas penat dan tekanan hidup. Menuangkan isi hati ke dalam tulisan bisa menjadi terapi menyembuhkan. Karya tulis kita juga bisa jadi kenang-kenangan berharga. 

Kedua, menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain. Menulis artikel misalnya bisa membagikan informasi bermanfaat kepada pembaca. Menulis buku pengayaan diri bisa membagikan kisah inspiratif. Menulis untuk tujuan mulia seperti ini bisa memberi kebahagiaan tersendiri.

Ketiga, menulis untuk melatih dan mengasah kemampuan menulis itu sendiri. Menulis secara rutin ternyata juga melatih otak kita agar lebih kreatif dan analitis. Kemampuan berpikir juga semakin tajam dengan sering menulis. Ini adalah tujuan penting mengapa kita perlu menulis secara rutin.

Itulah mengapa kita perlu menikmati proses menulis tanpa tekanan. Serta mengingat bahwa tujuan mulia menulis bukan semata uang atau kesuksesan. Dengan begitu, menulis akan menjadi aktivitas menyenangkan dan bermanfaat sepanjang hayat. Kita akan menjadi pribadi yang lebih bahagia dengan rutinitas menulis yang konsisten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun