Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Guru Layak Mendapatkan Kesejahteraan yang Lebih Baik

28 Januari 2024   11:00 Diperbarui: 28 Januari 2024   11:02 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pendidikan adalah cahaya, guru adalah penerangnya. Berikan penghargaan sebanding untuk memastikan cahaya itu terus bersinar."

Ketika berbicara tentang kesejahteraan para pendidik, seringkali terjadi ketidakseimbangan antara penghargaan dan pemenuhan hak-hak mereka dalam masyarakat. Oknum guru yang melakukan kesalahan seringkali mendapat sorotan yang begitu besar dari publik, tetapi ketika mereka meminta kesejahteraan yang lebih baik, seringkali dianggap berlebihan. Alasan-alasan ini menggambarkan ketidakadilan yang terjadi terhadap profesi guru.

1. Tunjangan Sertifikasi Pendidik (Serdik) Tidak Cukup

Banyak yang beranggapan bahwa tunjangan sertifikasi pendidik (serdik) sudah cukup sebagai bentuk penghargaan terhadap guru. Namun, pada kenyataannya, masih banyak guru yang belum menerima serdik karena kesempatan untuk mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) dibatasi. Hal ini menciptakan ketimpangan di antara guru-guru yang sudah memiliki sertifikasi dan yang belum, tanpa mempertimbangkan kualitas dan dedikasi mereka dalam mengajar.

2. Beban Biaya Pendidikan Anak

Guru tidak hanya bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak di sekolah, tetapi juga terhadap pendidikan anak-anak mereka sendiri di rumah. Banyak guru yang merasa tertekan karena harus mengeluarkan biaya pendidikan yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi. Gaji dan tunjangan yang mereka terima seringkali tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan ini, sehingga menimbulkan ketidakpastian finansial dan merugikan kesejahteraan mereka.

3. Perbandingan dengan Profesi Lain

Jika kita membandingkan kesejahteraan guru dengan profesi lain seperti dokter, insinyur, birokrat, atau anggota dewan, perbedaannya sangatlah mencolok. Meskipun tugas dan tanggung jawab mereka dalam membentuk generasi masa depan sangat besar, namun imbalan yang diterima tidak sebanding dengan kontribusi yang mereka berikan. 

Dokter misalnya, mendapatkan gaji dan fasilitas yang jauh lebih tinggi, sementara guru harus bertahan dengan gaji yang seringkali tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

4. Perlu Pengakuan yang Lebih Besar

Guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi juga memberikan inspirasi, dorongan, dan bimbingan bagi mereka. Mereka adalah pilar utama dalam pembentukan karakter dan kepribadian generasi masa depan. 

Oleh karena itu, pengakuan terhadap kontribusi mereka haruslah sebanding dengan peran yang mereka lakukan dalam masyarakat. Hal ini tidak hanya berupa penghargaan moral, tetapi juga pengakuan dalam bentuk kesejahteraan yang lebih baik.

5. Investasi dalam Masa Depan Bangsa

Kesejahteraan guru bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah bangsa secara keseluruhan. Guru yang sejahtera akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam mengajar dan membimbing generasi penerus bangsa. Mereka akan lebih fokus dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan inovatif, sehingga dapat mencetak generasi yang lebih unggul dan berdaya saing tinggi di tingkat global.

# Kesimpulan

Dalam meraih cita-cita untuk memajukan pendidikan di Indonesia, perlu diakui bahwa kesejahteraan guru merupakan hal yang sangat penting. Guru bukan hanya pekerja keras, tetapi juga agen perubahan yang dapat membentuk masa depan bangsa. 

Oleh karena itu, perlunya memberikan pengakuan yang lebih besar dan kesejahteraan yang lebih baik bagi para pendidik adalah suatu keharusan. Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa pendidikan di Indonesia akan terus berkembang dan menghasilkan generasi yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun