Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hati-hati, Bisa Menular Lho! Yuk Kenali Berbagai "Penyakit" yang Sering Diderita Para Guru

27 Januari 2024   00:01 Diperbarui: 27 Januari 2024   03:55 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan para siswanya. Sumber foto: dokumen Kompas.com

TBC diderita guru yang gaptek atau tidak mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Padahal, penggunaan IT dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Guru dituntut mampu mengikuti perkembangan teknologi.

DIARE terjadi saat guru kurang memperhatikan siswa. Ia lebih senang mengajar tanpa peduli apakah siswa paham atau tidak. Akibatnya, banyak siswa yang ketinggalan dalam pelajaran. Perhatian guru sangat penting agar semua siswa terlayani.

Guru dengan MENCRET hanya pandai berceramah dalam mengajar. Metode lain seperti diskusi, presentasi, atau praktik jarang diterapkan sehingga pembelajaran membosankan. Variasi metode dibutuhkan agar siswa lebih aktif.

KURAP menimpa guru yang kurang persiapan sebelum mengajar. Ia datang ke kelas tanpa rencana pembelajaran yang matang. Akibatnya, pembelajaran tidak terarah dan tujuan sulit tercapai. Guru wajib menyusun persiapan mengajar dengan baik. 

Guru dengan SEMBELIT jarang membaca buku atau literatur terbaru terkait mata pelajaran yang diampu. Padahal, wawasan guru penting diperbarui agar materi yang disampaikan relevan dan kontekstual. Guru harus rajin membaca agar wawasannya luas.

BATUK ASMA menimpa guru yang mengajar alakadarnya. Ia tidak sungguh-sungguh mengajar asalkan materi selesai. Pembelajaran seperti ini tentu tidak memberi dampak bermakna pada siswa. Guru harus mengajar dengan sepenuh hati.

SARIAWAN dialami guru yang hanya memberi ringkasan dan kisi-kisi saat menjelang ulangan atau ujian. Strategi ini tentu tidak mendidik siswa belajar sungguh-sungguh. Guru sebaiknya memfasilitasi proses belajar, bukan hanya mengejar target nilai semata.

MUAL menimpa guru yang gagal meningkatkan mutu pembelajaran. Misalnya, nilai siswa selalu rendah setiap tahun. Guru dituntut terus berupaya mengevaluasi dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Terakhir, TIPUS dialami guru yang mengajar tanpa niat dan kepedulian pada siswa. Baginya mengajar hanya sekadar rutinitas, bukan sebuah panggilan hati. Akibatnya, ia mudah jenuh, bosan, dan tidak bersemangat dalam mengajar. Guru harus mengajar dengan hati agar lebih bermakna.

Itulah sejumlah "penyakit" yang kerap menimpa guru dalam menjalankan tugasnya. Jika tidak segera diatasi, penyakit ini bisa berdampak buruk bagi kualitas pendidikan siswa. Guru harus senantiasa introspeksi diri dan terus berupaya memperbaiki kualitas mengajarnya. Dengan begitu, cita-cita mencerdaskan anak bangsa dapat tercapai. Pendidikan yang berkualitas melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun