Tanpa transparansi, kita merisaukan kemungkinan masyarakat menjadi penonton yang tidak memiliki akses ke alur cerita, membuat setiap kebijakan dan keputusan pemerintah terdengar seperti intrik konspirasi yang sulit dipahami.Â
Maka dari itu, saat pejabat memilih untuk menyembunyikan informasi, mereka seolah-olah mengundang masyarakat untuk terjebak dalam labirin ketidakpastian yang gelap.
2. Terlibat dalam Tindakan Korupsi
Mengusung bendera keadilan dan integritas, calon pejabat seharusnya memancarkan aura kebersihan dari rekam jejak mereka. Sebaliknya, bayang-bayang korupsi yang mengintai seorang kandidat dapat meruntuhkan pondasi moral dan kepercayaan publik.Â
Korupsi, seperti virus yang tak terlihat, tidak hanya merugikan keuangan negara tetapi juga menghancurkan harapan pembangunan yang berkelanjutan. Dalam sorotan politik, calon yang berkenan dengan dugaan korupsi tidak sekadar mencoreng namanya sendiri, tetapi juga menancapkan pisau kepercayaan di hati masyarakat.Â
Oleh karena itu, seperti detektif etis, pemilih harus tetap waspada dan kritis terhadap calon yang membawa beban rekam jejak korupsi atau bahkan sekadar diselubungi oleh keraguan.Â
Memilih pemimpin yang bersih dari cela korupsi adalah langkah penting untuk memastikan bahwa keuangan negara tidak hanya dijaga dengan baik, tetapi juga pembangunan dan kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama.
3. Tidak Memiliki Integritas Etika
Integritas etika, bagaikan batu asas sebuah benteng yang kokoh, tidak hanya mencerminkan karakter seseorang, tetapi juga menjadi fondasi yang tak tergoyahkan bagi kepemimpinan yang berkualitas.Â
Saat seorang pejabat merangkul integritas etika, itu bukan hanya sekadar janji kosong, melainkan komitmen mendalam untuk mengemban tanggung jawab dengan jalan yang benar. Sebaliknya, ketika integritas absen, pintu menuju praktek-praktek yang merugikan terbuka lebar.
Pekan membuktikan bahwa pejabat yang merangkul integritas etika memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan memimpin dengan contoh yang jelas. Mereka bukan hanya menahan diri dari tindakan yang tidak etis, tetapi juga menjadikan integritas sebagai pemandu dalam mengambil keputusan yang sulit.Â