"Kritik membangun adalah tonggak utama dalam menara kesuksesan pendidikan."
Budaya kerja guru yang mengedepankan prinsip guyub atau kekeluargaan dapat menjadi penghambat signifikan bagi perkembangan profesionalisme di kalangan pendidik. Meskipun nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan penting dalam dunia pendidikan, penerapan prinsip tersebut secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup besar.Â
Opini yang disampaikan oleh Pak I Wayan Artika, seorang Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dan Pegiat Gerakan Literusi Akur Rumput Komunitas Desa Belajar Bali dalam harian Kompas pada tanggal 11 Desember 2023, mengundang saya untuk mengevaluasi beberapa aspek krusial yang menjelaskan mengapa transformasi budaya kerja guru menjadi suatu keharusan.
Pertama-tama, dalam dinamika budaya guyub atau kekeluargaan, terkadang timbul kesulitan dalam menegakkan lingkungan yang memfasilitasi pertukaran kritik dan saran yang konstruktif. Idealnya, kritik yang dibangun dengan baik memiliki potensi besar untuk mempercepat pertumbuhan dan pengembangan profesional seorang guru.Â
Namun, dalam suasana yang terlalu akrab atau erat, seringkali timbul keengganan untuk menyampaikan feedback yang kritis. Hal ini bisa menghambat kesempatan guru untuk tumbuh dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka.Â
Dalam keadaan seperti ini, pentingnya membangun budaya yang memisahkan antara hubungan personal dan profesional menjadi sangat nyata. Dengan menciptakan ruang di mana kritik dan saran disampaikan secara terbuka tanpa mengganggu ikatan personal, kita dapat memfasilitasi proses pembelajaran dan pertumbuhan yang lebih optimal bagi para pendidik.Â
Melalui pendekatan ini, guru dapat merasa lebih nyaman menerima feedback konstruktif tanpa takut akan dampaknya pada hubungan antarindividu di lingkungan kerja mereka.
Selain itu, dalam konteks prinsip guyub atau kekeluargaan, sering kali terbentuk pola-pola perilaku yang menghambat inovasi dan kreativitas dalam lingkungan pendidikan. Guru-guru yang sangat terikat pada kebiasaan yang sudah terlanjur mapan cenderung enggan mencoba metode-metode baru dalam proses pembelajaran. Mereka mungkin merasa bahwa mengubah apa yang telah terbentuk secara tradisional dapat mengganggu keseimbangan dan stabilitas kelompok.Â
Namun, untuk mencapai perkembangan pendidikan yang lebih dinamis, penting untuk merangkul inovasi. Transformasi pendidikan membutuhkan sentuhan kreatif, dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dapat menghambat perkembangan secara keseluruhan.