"Keberhasilan sejati bukanlah sekadar angka, tetapi juga bagaimana kita membentuk diri kita sendiri."
Dalam semangat Kurikulum Merdeka, pendidikan dilihat sebagai fondasi utama dalam membentuk karakter yang kuat serta mengembangkan keterampilan esensial bagi para siswa. Fokusnya tidak hanya pada pengetahuan akademis, tetapi juga pada nilai-nilai yang membangun karakter serta kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Seiring dengan perkembangan sistem pendidikan, muncul perdebatan seputar kebermaknaan penilaian peringkat dalam raport sebagai alat motivasi bagi siswa.Â
Jika tujuan pendidikan diarahkan untuk menciptakan siswa berprestasi tinggi, peringkat dapat menjadi instrumen motivasi yang efektif. Namun, jika tujuan utama adalah membentuk siswa berkarakter dan berketerampilan, apakah penilaian peringkat masih relevan?Â
Artikel ini akan menjelaskan alasan mengapa peringkat dalam raport bisa dianggap penting atau sebaliknya, dengan fokus pada pembentukan karakter dan pengembangan keterampilan siswa. Akan disorot bagaimana aspek-aspek ini mungkin memengaruhi kebijakan pendidikan serta relevansinya dalam konteks pembelajaran yang holistik.
Motivasi Melalui Peringkat
Salah satu argumen utama untuk memasukkan peringkat dalam rapor adalah untuk meningkatkan motivasi siswa. Peringkat dapat memicu semangat kompetisi serta memberikan dorongan kepada siswa untuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Dengan adanya peringkat, siswa dapat merasa termotivasi dan terdorong untuk terus berupaya dan berkembang dalam belajar.
Dengan menampilkan posisi mereka dalam kelas, siswa dapat merasa terdorong untuk bersaing secara sehat dan berusaha menjadi yang terbaik. Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengasah kemampuan, meningkatkan motivasi, serta membangun dedikasi dalam pencapaian akademis mereka.Â
Ketika terdapat sebuah kerangka persaingan yang sehat, siswa tidak hanya meraih keunggulan pribadi, tetapi juga dapat memacu satu sama lain untuk meningkatkan kualitas belajar secara kolektif. Menciptakan atmosfer kompetitif yang seimbang dapat menjadi katalisator bagi prestasi akademis yang lebih tinggi, karena setiap individu merasa didorong untuk terus tumbuh dan berkembang dalam lingkungan pembelajaran yang kompetitif namun mendukung.
Dalam persaingan global, di mana ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, peringkat dapat dianggap sebagai parameter yang mengukur kualitas pendidikan seseorang. Dengan demikian, bagi mereka yang melihat pendidikan sebagai langkah awal menuju kesuksesan karir, peringkat dianggap penting.Â
Pandangan ini menyoroti bahwa peringkat bukan hanya sekadar alat untuk memotivasi siswa dalam belajar, melainkan juga berfungsi sebagai parameter kompetensi yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Peringkat memberikan gambaran tentang sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa dibandingkan dengan rekan-rekan sejawatnya.
Sehingga tidak hanya berpengaruh pada motivasi siswa dalam meraih prestasi, tetapi juga menjadi referensi yang dapat dipertimbangkan oleh pihak luar, seperti perguruan tinggi atau calon pemberi kerja, untuk mengevaluasi tingkat kompetensi dan potensi siswa.Â
Dengan demikian, peringkat tidak hanya memiliki dampak internal bagi siswa, melainkan juga memiliki implikasi eksternal yang dapat memengaruhi prospek pendidikan dan karir mereka di masa depan.
Namun, peringkat yang terlalu vokal dalam sistem pendidikan juga dapat memiliki dampak negatif terhadap psikologi siswa. Siswa yang menduduki peringkat rendah mungkin merasa terpuruk secara emosional dan kehilangan minat dalam proses pembelajaran. Ini dapat menciptakan tekanan yang berlebihan dan mengarah pada kecenderungan untuk menilai diri dari segi akademis semata.Â
Ketika pendidikan terlalu menekankan pencapaian berbasis peringkat, dampaknya bisa jadi negatif. Perilaku curang mungkin muncul sebagai respons terhadap tekanan untuk meraih posisi tinggi di peringkat. Selain itu, terlalu berfokus pada peringkat juga bisa mengalihkan perhatian dari aspek penting lainnya dalam pendidikan, seperti pembentukan karakter.Â
Pengembangan karakter yang komprehensif seringkali terabaikan karena terlalu terpaku pada pencapaian angka-angka atau peringkat yang terukur secara konvensional. Sebagai hasilnya, hal ini dapat mengurangi esensi pendidikan yang seharusnya juga memperhatikan nilai-nilai moral, etika, dan keterampilan sosial yang dibutuhkan siswa untuk sukses dalam kehidupan mereka di masa depan.Â
Dengan demikian, perlu adanya keseimbangan yang lebih baik antara penekanan pada prestasi akademis dan pengembangan karakter yang holistik dalam sistem pendidikan.
Pembentukan Karakter dan Keterampilan
Pandangan yang berkembang menegaskan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya diukur dari segi pencapaian akademis semata, melainkan juga meliputi aspek yang lebih luas dalam membentuk individu. Pembentukan karakter yang kuat serta pengembangan keterampilan menjadi fokus utama dalam merancang tujuan pendidikan.Â
Hal ini memperluas cakupan pendidikan agar tidak hanya menjadikan siswa sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai individu yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.Â
Dengan demikian, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengisi kepala siswa dengan pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk hati dan tangan mereka agar siap menghadapi berbagai perubahan dan tuntutan di masa depan.
Dalam konteks pembelajaran, peringkat sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mengalihkan perhatian dari esensi proses pendidikan. Pendekatan ini menekankan bahwa dalam pembelajaran, sebaiknya lebih difokuskan pada pembentukan nilai-nilai yang kuat dan penanaman etika yang baik.
Serta pengembangan sikap positif yang dapat membantu siswa menjadi individu yang mampu memberikan kontribusi yang bermakna dalam masyarakat.Â
Menghilangkan penekanan pada peringkat akan memberikan ruang bagi siswa untuk lebih fokus pada pembangunan diri mereka secara menyeluruh, bukan hanya dalam hal akademis, tetapi juga dalam hal pengembangan kepribadian dan kemampuan sosial yang sangat diperlukan di dunia nyata.
Penilaian karakter dan keterampilan merupakan suatu proses yang dapat dijalankan melalui pendekatan holistik yang mencakup beragam metode evaluasi. Salah satunya adalah melalui proyek-proyek kolaboratif yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi, bekerja sama, dan menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam konteks praktis.Â
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi bagian integral dalam mengukur perkembangan karakter dan keterampilan siswa di luar lingkup akademis. Pengembangan soft skills seperti kemampuan komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang inklusif, serta kemampuan bekerja dalam tim juga turut menjadi fokus dalam menilai perkembangan siswa secara menyeluruh.Â
Pendekatan ini memungkinkan para pendidik untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai kemajuan siswa dalam aspek karakter dan keterampilan, yang merupakan bagian krusial dalam proses pendidikan yang komprehensif.
Raport seharusnya menjadi lebih dari sekadar laporan perkembangan akademis siswa. Ia seharusnya mencerminkan keseluruhan pertumbuhan dan kemajuan yang dicapai siswa, tidak hanya dari sudut pandang pengetahuan akademis, tetapi juga dari aspek-aspek yang tidak terukur secara tradisional.Â
Ini termasuk perkembangan dalam kepemimpinan, keterampilan sosial, keberanian menghadapi tantangan, dan nilai-nilai moral yang mereka tanamkan.Â
Dengan demikian, raport seharusnya menjadi cermin yang memperlihatkan bagaimana pendidikan tidak hanya mengisi kepala mereka dengan informasi, tetapi juga membentuk karakter dan kesiapan mereka untuk menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Dengan menghilangkan peringkat dari raport, pendekatan ini menekankan bahwa setiap siswa memiliki potensi uniknya sendiri. Itu tidak hanya tentang mencapai peringkat tertentu, tetapi tentang membimbing siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sambil mengembangkan keterampilan yang akan membantu mereka sukses dalam kehidupan.
Kesimpulan
Dalam mengkaji apakah peringkat seharusnya dicantumkan dalam raport, penting untuk mempertimbangkan tujuan utama pendidikan. Jika tujuan adalah untuk menciptakan siswa yang berprestasi tinggi dalam hal akademis dan bersaing di tingkat global, peringkat mungkin masih relevan sebagai alat motivasi.Â
Namun, jika fokus utama adalah membentuk karakter dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan, peringkat bisa dianggap tidak perlu.
Pentingnya mencapai keseimbangan antara motivasi akademis dan pembentukan karakter harus menjadi sorotan dalam pembahasan ini.Â
Pendidikan yang holistik akan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembentukan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki integritas dan keterampilan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.Â
Oleh karena itu, peringkat seharusnya bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan siswa, melainkan hanya salah satu dari banyak aspek evaluasi yang mencerminkan perkembangan siswa secara menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H