Dalam persaingan global, di mana ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, peringkat dapat dianggap sebagai parameter yang mengukur kualitas pendidikan seseorang. Dengan demikian, bagi mereka yang melihat pendidikan sebagai langkah awal menuju kesuksesan karir, peringkat dianggap penting.Â
Pandangan ini menyoroti bahwa peringkat bukan hanya sekadar alat untuk memotivasi siswa dalam belajar, melainkan juga berfungsi sebagai parameter kompetensi yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Peringkat memberikan gambaran tentang sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa dibandingkan dengan rekan-rekan sejawatnya.
Sehingga tidak hanya berpengaruh pada motivasi siswa dalam meraih prestasi, tetapi juga menjadi referensi yang dapat dipertimbangkan oleh pihak luar, seperti perguruan tinggi atau calon pemberi kerja, untuk mengevaluasi tingkat kompetensi dan potensi siswa.Â
Dengan demikian, peringkat tidak hanya memiliki dampak internal bagi siswa, melainkan juga memiliki implikasi eksternal yang dapat memengaruhi prospek pendidikan dan karir mereka di masa depan.
Namun, peringkat yang terlalu vokal dalam sistem pendidikan juga dapat memiliki dampak negatif terhadap psikologi siswa. Siswa yang menduduki peringkat rendah mungkin merasa terpuruk secara emosional dan kehilangan minat dalam proses pembelajaran. Ini dapat menciptakan tekanan yang berlebihan dan mengarah pada kecenderungan untuk menilai diri dari segi akademis semata.Â
Ketika pendidikan terlalu menekankan pencapaian berbasis peringkat, dampaknya bisa jadi negatif. Perilaku curang mungkin muncul sebagai respons terhadap tekanan untuk meraih posisi tinggi di peringkat. Selain itu, terlalu berfokus pada peringkat juga bisa mengalihkan perhatian dari aspek penting lainnya dalam pendidikan, seperti pembentukan karakter.Â
Pengembangan karakter yang komprehensif seringkali terabaikan karena terlalu terpaku pada pencapaian angka-angka atau peringkat yang terukur secara konvensional. Sebagai hasilnya, hal ini dapat mengurangi esensi pendidikan yang seharusnya juga memperhatikan nilai-nilai moral, etika, dan keterampilan sosial yang dibutuhkan siswa untuk sukses dalam kehidupan mereka di masa depan.Â
Dengan demikian, perlu adanya keseimbangan yang lebih baik antara penekanan pada prestasi akademis dan pengembangan karakter yang holistik dalam sistem pendidikan.
Pembentukan Karakter dan Keterampilan
Pandangan yang berkembang menegaskan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya diukur dari segi pencapaian akademis semata, melainkan juga meliputi aspek yang lebih luas dalam membentuk individu. Pembentukan karakter yang kuat serta pengembangan keterampilan menjadi fokus utama dalam merancang tujuan pendidikan.Â
Hal ini memperluas cakupan pendidikan agar tidak hanya menjadikan siswa sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai individu yang mampu beradaptasi, berinovasi, dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.Â