Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradoks Pendidikan: Perubahan Kurikulum dan Kehadiran Guru di Kelas

20 November 2023   00:01 Diperbarui: 20 November 2023   00:24 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen joglojateng.com

"Perubahan kurikulum memang bermanfaat, namun kehadiran guru di kelaslah yang membentuk masa depan."

Tulisan ini dibuat berdasarkan curhatan seorang rekan guru di sekolah penggerak.

Sebuah pergolakan terjadi di lingkungan sekolah penggerak. Perubahan kurikulum menjadi pemicu pergeseran paradigma dalam pendidikan, namun, dampaknya tidak hanya terasa dalam pembelajaran tetapi juga dalam kehadiran guru di kelas. Fenomena ini didorong peningkatan kegiatan tambahan yang dianggap kurang utama serta adanya monitoring yang intensif saat jam pelajaran. Bahkan, pelaksanaan lokakarya yang membutuhkan waktu tidak sebentar sering kali bertabrakan dengan jam mengajar, menimbulkan kekhawatiran akan kualitas pendidikan yang tenggelam dalam keterbatasan waktu dan kehadiran guru.

Perubahan kurikulum adalah tonggak sejarah yang menandai evolusi pendidikan. Namun, di sekolah penggerak, perubahan ini tidak selalu menjamin kehadiran guru di kelas. Beberapa faktor menjadi pendorong utama dari pergeseran ini. 

Pertama, kebutuhan akan kegiatan tambahan saat sosialisasi kurikulum baru sering kali dipandang sebagai elemen yang kurang utama, tetapi esensial untuk mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh. Mulai dari penanaman nilai-nilai moral yang mendasar hingga pengembangan keterampilan tambahan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja masa depan, kegiatan tambahan memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan siswa. Selain itu, fokus pada peningkatan soft skill seperti kepemimpinan, kerjasama tim, dan keterampilan komunikasi juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam upaya menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global.

Meskipun terkadang dianggap sebagai pelengkap, kegiatan tambahan merupakan pondasi penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi kompleksitas dunia modern. Memiliki keterampilan tambahan di luar kurikulum inti tidak hanya melengkapi kualitas pendidikan, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan komprehensif bagi siswa dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan yang beragam. 

Kedua, monitoring yang semakin intensif dari pemerintah telah menjadi beban tambahan bagi para guru. Hal ini mendorong mereka untuk meluangkan waktu lebih banyak di luar kelas guna memenuhi standar dan target yang ditetapkan. Ketika target pencapaian atau standar tertentu diberlakukan, guru seringkali terdorong untuk memberikan perhatian lebih besar pada proses administratif atau pengumpulan data, sehingga waktu yang seharusnya mereka habiskan di dalam kelas untuk mendampingi siswa terkadang tercurahkan untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif yang terkait dengan monitoring.

Selain itu, tekanan dari pihak pemerintah untuk memenuhi indikator-indikator tertentu dalam proses belajar-mengajar dapat mengalihkan fokus guru dari interaksi langsung dengan siswa di dalam kelas. Ini bisa mengurangi kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan bimbingan dan pembimbingan yang intensif dari guru, yang pada akhirnya dapat berdampak pada pemahaman dan pencapaian siswa dalam pembelajaran. Kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan interaktif dalam kelas pun dapat tereduksi karena waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk memenuhi tuntutan monitoring yang semakin ketat.

Terkait hal ini, telah terjadi paradoks antara esensi kegiatan tambahan dengan kualitas pembelajaran di kelas. Kegiatan-kegiatan tambahan, meskipun pada dasarnya ditujukan sebagai pelengkap pembelajaran, seringkali menjadi fokus utama, menyisihkan kehadiran guru di kelas. Keterbatasan waktu dan sumber daya, ditambah dengan penekanan yang semakin meningkat pada aktivitas ekstrakurikuler atau lokakarya, telah mengubah prioritas dalam lingkungan sekolah penggerak. Hal ini mengundang kekhawatiran akan tergerusnya esensi utama pendidikan, di mana kehadiran guru dalam proses pembelajaran menjadi semakin kurang konsisten.

Sebagian besar kegiatan tambahan yang diadakan, meskipun memiliki nilai tambah tersendiri, mulai dari penanaman nilai, pengembangan keterampilan, hingga peningkatan soft skill, cenderung menggeser fokus utama dari kehadiran guru di kelas. Ini menimbulkan dilema antara kebutuhan mendesak untuk memberikan pengalaman yang luas kepada siswa dengan pentingnya kehadiran guru sebagai pendamping dalam pembelajaran. Maka, perlu adanya penyesuaian yang tepat dalam alokasi waktu dan prioritas kegiatan tambahan agar esensi utama pendidikan tidak terkikis oleh kepentingan lain yang sementara.

Pelaksanaan lokakarya yang menjadi pilar penting dalam pengembangan profesionalisme guru seringkali diatur pada jadwal yang tumpang tindih dengan waktu mengajar mereka. Fenomena ini menciptakan sebuah konflik internal antara kebutuhan akan peningkatan kualitas pengajaran melalui lokakarya dengan esensi utama pendidikan: kehadiran guru yang konsisten di kelas. Kebijakan sekolah yang memprioritaskan lokakarya seringkali menimbulkan dilema bagi para pendidik, dimana mereka harus memilih antara menghadiri kegiatan pengembangan profesional yang dianggap penting untuk meningkatkan kualitas mengajar mereka atau memenuhi kebutuhan siswa dengan hadir di kelas dalam jadwal yang telah ditetapkan.

Dalam perspektif yang lebih luas, perbedaan prioritas antara kegiatan pengembangan profesional guru dan kehadiran di kelas menciptakan ketegangan dalam sistem pendidikan. Sementara lokakarya memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas guru, kebijakan yang mengatur waktu lokakarya dan waktu mengajar perlu dipertimbangkan secara hati-hati. Keseimbangan antara pengembangan profesionalisme dan kehadiran di kelas menjadi kunci dalam memastikan guru memiliki waktu yang cukup untuk mengembangkan diri mereka serta memberikan kontribusi maksimal dalam pembelajaran siswa.

Kehadiran guru dalam ruang kelas memiliki dampak luar biasa terhadap kualitas pendidikan. Guru bukan sekadar pengajar, melainkan juga figur panutan, pendorong motivasi, dan motor penggerak dalam proses belajar siswa. Kehadiran yang konsisten memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang erat antara guru dan siswa, menciptakan lingkungan yang mendukung transfer pengetahuan yang lebih efektif, serta memberikan contoh teladan yang positif bagi perkembangan siswa secara menyeluruh.

Pentingnya kehadiran guru dalam ruang kelas tidak hanya terletak pada penyampaian materi pelajaran, tetapi juga dalam membentuk karakter siswa. Guru yang hadir secara konsisten mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana siswa merasa didengar, didukung, dan terinspirasi untuk mencapai potensi maksimal mereka. Keterlibatan aktif guru dalam setiap proses pembelajaran juga mendorong terciptanya komunitas belajar yang dinamis, di mana siswa merasa termotivasi untuk eksplorasi, bertanya, dan berkontribusi aktif dalam pengembangan pengetahuan mereka.

Ketika kegiatan tambahan dan monitoring mendominasi perhatian, kehadiran guru di kelas terancam menghilang. Dampaknya bukan hanya terasa pada kehadiran fisik, tetapi juga pada relasi belajar-mengajar. Kesinambungan interaksi langsung antara guru dan siswa menjadi rentan, membuka celah bagi kesenjangan dalam pengalaman belajar. Ketidakpastian akan pencapaian tujuan pembelajaran pun muncul, karena guru yang tak konsisten di kelas mengurangi stabilitas pembelajaran yang terarah. Terlebih lagi, ketiadaan guru sebagai mentor yang konstan dapat merusak motivasi siswa, menghalangi perkembangan mereka yang membutuhkan bimbingan dan dukungan yang kontinu.

Solusi bagi permasalahan kehadiran guru di kelas bukanlah hal yang mudah. Diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam menangani masalah ini. Pertama-tama, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh oleh pihak sekolah atau pemerintah terkait pembagian waktu dan prioritas kegiatan sosialisasi kurikulum baru. Penting untuk menyesuaikan kegiatan yang dianggap krusial dengan jadwal mengajar guru agar tidak terjadi tabrakan yang mengganggu proses belajar mengajar di dalam kelas.

Selain itu, pendekatan holistik juga memerlukan adanya kolaborasi antarpihak untuk mencapai keseimbangan yang diinginkan. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, guru, dan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang erat dalam menyusun strategi yang dapat mengintegrasikan kegiatan tambahan tanpa mengorbankan kehadiran guru di kelas. Kolaborasi ini menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang seimbang, di mana kegiatan ekstrakurikuler mendukung pembelajaran di kelas tanpa mengganggu waktu dan kehadiran guru.

Selanjutnya, perlu dibangun kesadaran kolektif terhadap pentingnya kehadiran guru di kelas. Edukasi dan pelatihan bagi pihak sekolah, guru, serta pemerintah perlu ditingkatkan untuk memahami dampak signifikan dari kehadiran guru yang konsisten terhadap kualitas pendidikan. Kolaborasi antarpihak dalam menyusun jadwal kegiatan tambahan dan lokakarya perlu dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas utama: pembelajaran di kelas.

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam memberikan regulasi yang mendukung keseimbangan antara kegiatan tambahan, monitoring, dan kehadiran guru di kelas. Kebijakan yang memberikan panduan jelas terkait alokasi waktu untuk kegiatan tambahan dan pelaksanaan lokakarya perlu diperkuat agar tidak mengganggu esensi utama pendidikan.

Di samping itu, teknologi bisa menjadi solusi alternatif dalam memberikan akses pembelajaran yang berkelanjutan tanpa harus bergantung pada kehadiran fisik guru. Platform pembelajaran online yang terintegrasi dengan kurikulum bisa menjadi sarana yang memungkinkan siswa tetap terlibat dalam pembelajaran meskipun kehadiran guru terbatas.

Dalam sebuah ekosistem pendidikan yang terus berubah, kehadiran guru di kelas tetap menjadi elemen kunci yang tak tergantikan. Perubahan kurikulum, kegiatan tambahan, monitoring, dan lokakarya yang semuanya memiliki peran masing-masing, haruslah sejalan dengan kebutuhan dan esensi utama pendidikan: pembelajaran yang berkualitas. Hanya dengan keseimbangan yang tepat, kehadiran guru di kelas bisa tetap terjaga tanpa mengorbankan aspek penting lainnya dalam dunia pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun