Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan dan Solusi Menyelesaikan Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan

16 November 2023   00:01 Diperbarui: 16 November 2023   00:33 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen iStock via Canva 

"Sebagai guru, setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh. Dengan waktu, keterampilan, dan dukungan, kita bentuk masa depan pendidikan."

Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan menjadi landasan strategis pemerintah Indonesia dalam meningkatkan standar dan kualitas pendidikan di negara ini. Program ini dirancang khusus untuk guru yang belum mengantongi sertifikat pendidik serta telah memiliki pengalaman mengajar selama minimal dua tahun. Dengan demikian, PPG dalam jabatan tidak hanya menjadi suatu bentuk pengembangan profesionalisme guru, tetapi juga sebuah langkah konkrit untuk menjamin bahwa pendidikan di Indonesia didorong oleh tenaga pengajar yang berkualitas dan berpengalaman.

Melalui persyaratan tersebut, PPG dalam jabatan berfungsi sebagai filter untuk memastikan bahwa peserta program telah memiliki dasar pendidikan dan pengalaman yang memadai sebelum terlibat dalam pembelajaran lebih lanjut. Hal ini menciptakan landasan yang kokoh, memastikan bahwa guru-guru yang melibatkan diri dalam program ini memiliki pemahaman yang kuat terhadap proses pembelajaran dan tantangan yang mereka hadapi di kelas. Dengan demikian, PPG dalam jabatan bukan hanya sekadar pelatihan tambahan, tetapi sebuah investasi strategis dalam pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas dan berdedikasi.

Meskipun PPG dalam jabatan memiliki tujuan yang mulia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi oleh guru yang melaksanakan PPG dalam jabatan. Berikut ini adalah beberapa tantangan tersebut:

Waktu dan biaya

PPG dalam jabatan dilaksanakan secara intensif, dengan durasi full time maksimal 6 bulan. Keterbatasan waktu ini menjadi suatu tantangan khususnya bagi guru yang memiliki tanggung jawab lain, seperti keluarga dan pekerjaan. Guru harus memadukan kegiatan PPG dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan mereka, yang mungkin memerlukan manajemen waktu yang lebih cermat.

Selain masalah waktu, biaya PPG dalam jabatan juga menjadi faktor yang mempengaruhi partisipasi guru. Program ini memerlukan investasi finansial yang signifikan, sehingga tidak semua guru mampu mengikutinya. Adanya kendala ini menunjukkan perlunya pertimbangan serius dari pemerintah dan pihak terkait untuk memastikan ketersediaan sumber daya atau bantuan keuangan yang dapat membuat PPG dalam jabatan lebih dapat diakses oleh sebanyak mungkin guru. Dengan demikian, perubahan durasi dan penanganan aspek finansial dapat menjadi langkah-langkah penting untuk memperluas dampak positif PPG dalam jabatan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.

Pembebanan kerja

Guru yang terlibat dalam pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan dihadapkan pada tugas kompleks yang memerlukan pembagian waktu yang cermat. Mereka tidak hanya berkewajiban memberikan pengajaran, namun juga harus menyempatkan waktu untuk mengikuti program PPG dan menangani tugas administratif yang terkait dengan pekerjaan mereka. Pemecahan waktu ini seringkali menimbulkan dampak negatif, dengan potensi munculnya kelelahan dan stres di kalangan guru.

Kondisi pembebanan kerja yang intens tersebut dapat memberikan tekanan tambahan pada guru, yang mungkin juga memiliki tanggung jawab lain, seperti keluarga atau pekerjaan di luar lingkungan sekolah. Kelelahan dan stres ini tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan pribadi guru tetapi juga dapat merugikan kualitas pengajaran yang mereka berikan. Oleh karena itu, penting bagi sistem pendidikan dan pemerintah untuk mempertimbangkan strategi yang mendukung keseimbangan beban kerja guru, memastikan bahwa mereka dapat memberikan kontribusi optimal tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi mereka.

Perubahan paradigma pembelajaran

Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan menitikberatkan pada perubahan paradigma pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered. Guru yang telah lama terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan pendekatan baru ini. Konsep teacher-centered menekankan peran sentral guru sebagai penyampai informasi, sedangkan student-centered mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses belajar. Migrasi dari satu paradigma ke paradigma yang lain tidak hanya memerlukan pemahaman konseptual tetapi juga adaptasi praktis dalam ruang kelas.

Sebagian besar guru yang mengikuti PPG dalam jabatan merasakan perlu untuk mengatasi kebiasaan lama dan membuka diri terhadap metode yang lebih inklusif. Proses ini melibatkan penyesuaian kurikulum, penggunaan berbagai metode pengajaran yang menggugah partisipasi siswa, dan peningkatan keterampilan fasilitasi pembelajaran. Oleh karena itu, perubahan paradigma pembelajaran dalam PPG bukan hanya transformasi teoretis tetapi juga implementasi praktis, yang mengharuskan guru untuk terus mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan beragam siswa.

Perbedaan latar belakang pendidikan

Guru yang mengikuti PPG dalam jabatan memiliki latar belakang pendidikan yang sangat beragam, mulai dari disiplin ilmu yang berbeda hingga tingkat pengalaman mengajar yang bervariasi. Keberagaman ini menciptakan dinamika unik di dalam kelas PPG, di mana berbagai pemahaman dan pendekatan terhadap pembelajaran saling berbenturan. Sebagai contoh, seorang guru dengan latar belakang pendidikan matematika mungkin perlu menyesuaikan diri dengan konsep dan metode pembelajaran yang lebih berorientasi pada bahasa dan sastra.

Dengan adanya keberagaman ini, timbul potensi tantangan dalam mengakomodasi preferensi dan kebutuhan masing-masing guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, perbedaan latar belakang pendidikan juga dapat memperkaya diskusi dan pertukaran ide di antara peserta PPG, membuka peluang untuk peningkatan kolaborasi dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap berbagai aspek pendidikan. Meskipun menantang, keberagaman ini, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber kekayaan intelektual dan kreativitas yang mendukung pengembangan profesionalisme guru di Indonesia.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, organisasi profesi, dan masyarakat. Pemerintah perlu memberikan kebijakan yang mendukung pelaksanaan PPG dalam jabatan, seperti subsidi biaya PPG dan penyesuaian beban kerja guru. 

Sekolah perlu memberikan dukungan kepada guru yang melaksanakan PPG, seperti menyediakan waktu dan fasilitas yang memadai. Organisasi profesi perlu berperan aktif dalam memberikan pendampingan dan pelatihan kepada guru yang melaksanakan PPG. Masyarakat perlu memberikan apresiasi kepada guru yang melaksanakan PPG, sehingga mereka termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi tantangan PPG dalam jabatan:

Mengelola waktu dengan baik

Guru perlu mengadopsi keahlian manajemen waktu yang efektif dengan merancang jadwal rutin yang memungkinkan mereka mengalokasikan waktu secara seimbang antara kegiatan mengajar, mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan menyelesaikan tugas-tugas administratif. Dalam perencanaan jadwal ini, guru dapat menentukan prioritas berdasarkan urgensi dan pentingnya setiap tugas, memastikan bahwa waktu yang dihabiskan untuk setiap aspek pekerjaan mereka efisien dan produktif.

Selain itu, guru juga dapat mempertimbangkan fleksibilitas dalam jadwal mereka untuk mengantisipasi situasi yang tidak terduga. Keteraturan dalam menentukan waktu untuk setiap aktivitas dapat membantu guru menghindari kelelahan yang berlebihan dan memastikan bahwa mereka dapat mengikuti PPG dan menyelesaikan tugas-tugas administratif dengan fokus dan kualitas. Dengan demikian, pengelolaan waktu yang baik tidak hanya memengaruhi efisiensi kerja guru, tetapi juga memberikan ruang bagi pengembangan diri dan peningkatan kualitas pembelajaran yang mereka berikan kepada siswa.

Mengembangkan keterampilan belajar mandiri

Guru harus mampu mengembangkan keterampilan belajar mandiri sebagai bagian integral dari perkembangan profesional mereka. Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk merancang dan menjalankan pembelajaran mandiri yang relevan dengan perkembangan kurikulum dan tuntutan profesi. Dengan memperoleh keterampilan belajar mandiri, guru dapat lebih efektif dalam mengikuti perkembangan pendidikan, mengintegrasikan inovasi pembelajaran baru, dan menjawab tuntutan perubahan dalam dunia pendidikan.

Selain itu, guru yang memiliki keterampilan belajar mandiri yang baik juga menjadi contoh yang positif bagi siswa. Mereka tidak hanya menjadi fasilitator pembelajaran di kelas, tetapi juga role model yang menunjukkan pentingnya pengembangan diri dan kemauan untuk terus belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan belajar mandiri tidak hanya menjadi kebutuhan profesional, tetapi juga mendukung penciptaan lingkungan belajar yang dinamis dan berkelanjutan di sekolah, menciptakan suasana di mana guru dan siswa sama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Bersedia untuk berubah

Guru sebagai agen perubahan dalam dunia pendidikan perlu membuka diri untuk berubah dan beradaptasi dengan perubahan paradigma pembelajaran yang terus berkembang. Perubahan ini tidak hanya mencakup metode mengajar, tetapi juga menuntut pengembangan keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad ke-21. Guru yang mampu mengidentifikasi dan merespon perubahan ini dengan cepat akan lebih berhasil dalam membimbing siswa menghadapi tuntutan zaman.

Selain itu, keberanian guru untuk berubah menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan relevan. Ketika guru menjadi contoh dalam menghadapi perubahan, siswa akan lebih termotivasi untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi dan kreativitas mereka sendiri. Oleh karena itu, kesiapan guru untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan pendidikan adalah kunci untuk menciptakan generasi yang kompeten dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Menjalin kerja sama dengan rekan sejawat

Guru dapat memperkuat kolaborasi dengan rekan sejawat sebagai strategi efektif dalam menghadapi tantangan PPG dalam jabatan. Melalui kerja sama ini, guru dapat saling berbagi informasi dan pengalaman, membentuk jaringan yang mendukung pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik. Berbagi pengalaman tentang perubahan paradigma pembelajaran atau strategi efektif untuk mengelola beban kerja dapat memberikan inspirasi dan dukungan positif antar-guru. Kolaborasi semacam ini tidak hanya memperkaya pengalaman individual, tetapi juga memperkuat komunitas guru, menciptakan lingkungan belajar yang saling mendukung.

Dengan menjalin kerja sama secara lebih erat, guru dapat menciptakan suasana di mana mereka merasa didukung dan dapat terus berkembang secara profesional. Komunikasi terbuka antar rekan sejawat juga dapat membantu guru mengatasi kesulitan atau tantangan yang mungkin muncul selama pelaksanaan PPG dalam jabatan. Dengan demikian, kerja sama guru dengan rekan sejawat bukan hanya merupakan bentuk dukungan emosional, tetapi juga menjadi fondasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di lingkungan pendidikan.

Dengan adanya komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, serta upaya yang dilakukan oleh guru, maka tantangan PPG dalam jabatan dapat diatasi. Hal ini akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas guru dan kualitas pendidikan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun