Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepala Sekolah One Man Show Antara Kelebihan dan Kekurangannya

20 Juni 2023   00:01 Diperbarui: 20 Juni 2023   05:55 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Inovasi dan kreativitas hanya berkembang di lingkungan kepemimpinan yang inklusif dan mendengarkan."

Karakter kepala sekolah memainkan peran krusial saat dia memimpin sekolah. Karakteristik kepala sekolah akan mempengaruhi pendekatan, gaya kepemimpinan, dan interaksi dengan staf, siswa, dan orang tua. Dari berbagai macam karakter kepala sekolah, ada kepala sekolah yang memiliki karakter "One Man Show", yaitu kepala sekolah yang cenderung mengambil keputusan dan mengendalikan semua aspek di sekolah tanpa melibatkan pihak lain. 

Dalam tulisan ini, akan diulas tentang kelebihan dan kekurangan kepala sekolah dengan karakteristik tersebut.

Kelebihan Kepala Sekolah "One Man Show"

1. Pengambilan Keputusan Cepat

Salah satu keunggulan kepala sekolah "One Man Show" adalah kemampuannya dalam mengambil keputusan secara cepat. Dalam situasi darurat atau keadaan yang membutuhkan tindakan segera, kepala sekolah semacam ini mampu bertindak dengan efisien tanpa perlu menunggu persetujuan dari pihak lain. Hal ini dapat meningkatkan respon dan penyelesaian masalah dengan cepat.

2. Efisiensi Operasional

Dengan mengendalikan hampir semua aspek di sekolah, kepala sekolah jenis ini dapat memastikan operasional sekolah berjalan lancar. Tidak adanya hambatan dalam pengambilan keputusan dan proses administrasi dapat mempercepat pelaksanaan program-program sekolah. Hal ini memungkinkan sekolah mencapai tujuan pendidikan dengan lebih efisien.

3. Mempertahankan Konsistensi

Seorang kepala sekolah "One Man Show" mampu mempertahankan konsistensi dalam kebijakan dan tindakan di sekolah. Dalam hal ini, tidak ada perubahan yang terlalu sering terjadi, sehingga menciptakan suasana yang stabil dan dapat diprediksi bagi guru, siswa, dan orang tua. Keberadaan konsistensi ini dapat menciptakan kepercayaan dan rasa aman di kalangan warga sekolah.

Kekurangan Kepala Sekolah "One Man Show"

1. Keterbatasan Perspektif

Salah satu kekurangan kepala sekolah dengan karakter "One Man Show" adalah keterbatasan perspektif. Kepala sekolah yang mengendalikan semua aspek di sekolah cenderung tidak melibatkan input dan ide dari guru, staf, dan pihak lain yang terlibat dalam pendidikan. Akibatnya, keputusan yang diambil mungkin tidak mempertimbangkan sudut pandang yang beragam dan ide-ide inovatif.

2. Beban Kerja yang Berlebihan

Dalam peran sebagai satu-satunya pengambil keputusan, kepala sekolah jenis ini seringkali mengalami beban kerja yang berlebihan. Dengan menangani semua tugas administratif, manajerial, dan akademik sendiri, kepala sekolah bisa menjadi terlalu terbebani. Ini dapat menyebabkan kelelahan dan berpotensi mengurangi kualitas kepemimpinan mereka dalam jangka panjang.

3. Kurangnya Partisipasi dan Keterlibatan 

Kepala sekolah "One Man Show" cenderung mengabaikan partisipasi dan keterlibatan dari pihak lain di sekolah. Ketika keputusan diambil tanpa melibatkan guru, staf, dan siswa, muncul risiko kurangnya rasa memiliki dan motivasi. Kurangnya partisipasi dan keterlibatan ini dapat merugikan iklim sekolah dan menghambat pertumbuhan kolektif dalam mencapai tujuan bersama.

4. Potensi Pengabaian Kebutuhan Individu

Dalam pendekatan "One Man Show", kepala sekolah cenderung fokus pada visi dan tujuannya sendiri, sehingga mengabaikan kebutuhan individu di sekolah. 

Setiap siswa memiliki keunikan dan tantangan mereka sendiri dalam belajar. Tanpa keterlibatan dan perhatian yang memadai dari kepala sekolah, ada risiko bahwa beberapa siswa bisa terabaikan atau merasa tidak didengar. 

Kepemimpinan yang inklusif dan responsif perlu dipertimbangkan untuk memastikan bahwa semua siswa mendapatkan dukungan yang mereka perlukan.

5. Kurangnya Inovasi dan Kreativitas

Dalam lingkungan pendidikan yang berubah dengan cepat, inovasi dan kreativitas menjadi aspek penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah yang terlalu dominan dalam pengambilan keputusan mungkin menghambat proses inovasi di sekolah. 

Ketika gagasan baru dan pendekatan yang inovatif tidak didorong atau dihargai, sekolah dapat kehilangan peluang untuk memperbaiki metode pengajaran dan menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik.

6. Kurangnya Pertanggungjawaban dan Pembagian Tanggung Jawab

Dalam pendekatan "One Man Show", kepala sekolah mungkin menghadapi kurangnya akuntabilitas dan pembagian tanggung jawab. Dengan mengendalikan semua aspek di sekolah, ada sedikit ruang bagi kepala sekolah untuk menerima umpan balik konstruktif atau mengembangkan keahliannya dalam bidang-bidang tertentu. 

Pembagian tanggung jawab yang adil dan transparan dapat menciptakan tim yang kuat di sekolah, di mana setiap anggota dapat memberikan kontribusi yang berarti.

7. Tidak Adanya Pembangunan Kepemimpinan Berkelanjutan

Kepemimpinan sekolah yang efektif mencakup pembangunan kepemimpinan berkelanjutan. Dalam pendekatan "One Man Show", ada risiko bahwa kepala sekolah yang terlalu dominan menjadi poin fokus, dan tidak ada perencanaan suksesi yang memadai. Ketika kepala sekolah pensiun atau meninggalkan sekolah, itu dapat meninggalkan kekosongan dalam kepemimpinan dan mengganggu kontinuitas pengembangan sekolah.

Jadi, kepala sekolah "One Man Show" memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan dengan seksama. Meskipun kemampuannya dalam mengambil keputusan cepat dan menjaga efisiensi operasional di sekolah patut diapresiasi, perlu juga diingat bahwa keberhasilan pendidikan bukanlah tugas yang hanya dapat ditangani oleh satu orang. 

Keterlibatan pihak lain, seperti guru, staf, dan siswa, sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan efektif. Oleh karena itu, kepala sekolah yang ideal adalah mereka yang mampu memadukan kelebihan kepala sekolah "One Man Show" dengan kemampuan untuk melibatkan dan mendengarkan suara-suara lain di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun