Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengelola Cancel Culture di Sekolah

10 Juni 2023   12:01 Diperbarui: 10 Juni 2023   12:09 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bersatu dalam perbedaan, kita mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan berdampak positif."

Dalam era digital yang terus berkembang, cancel culture telah menjadi fenomena yang semakin umum di kalangan masyarakat, termasuk di lingkungan sekolah. Cancel culture mengacu pada tindakan membatalkan atau menghukum individu dengan menolak atau menghindari interaksi dengan mereka karena pernyataan, tindakan, atau pandangan yang dianggap kontroversial atau tidak dapat diterima secara sosial. 

Dalam konteks pendidikan, cancel culture dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap siswa, guru, dan seluruh lingkungan sekolah. Artikel ini akan membahas tentang cancel culture di sekolah, dampaknya, dan cara mengoptimalkan dampak positifnya untuk kemajuan pendidikan.

Cancel Culture di Sekolah

Cancel culture di sekolah dapat terjadi melalui media sosial, interaksi langsung, atau bahkan melalui pengaruh kelompok siswa. Dalam beberapa kasus, siswa atau kelompok siswa dapat mengekspresikan penolakan atau menghukum individu yang terlibat dalam pernyataan atau tindakan yang kontroversial. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat secara emosional dan mental bagi individu yang menjadi sasaran pembatalan. Cancel culture di sekolah dapat berdampak pada kebebasan berpendapat, dialog terbuka, dan inklusivitas di lingkungan pendidikan.

Dampak Cancel Culture di Sekolah

1. Pembungkaman opini dan dialog

Cancel culture di sekolah dapat menciptakan atmosfer di mana siswa takut untuk menyuarakan pendapat yang berbeda atau berpartisipasi dalam diskusi yang sehat. Mereka khawatir akan konsekuensi sosial yang mungkin mereka hadapi jika mereka melanggar norma-norma yang dianggap "benar" oleh kelompok mayoritas. Hal ini dapat menghambat kebebasan berpikir dan menghambat pertumbuhan intelektual dan sosial siswa.

2. Pencitraan negatif dan penyalahgunaan kekuasaan

Dalam beberapa kasus, cancel culture dapat digunakan sebagai alat untuk menyerang, mencemarkan nama baik, atau memanfaatkan kekuasaan terhadap individu tanpa memberikan mereka kesempatan untuk membela diri atau memperbaiki kesalahan mereka. Ini bisa merusak reputasi individu, menyebabkan ketidakseimbangan kekuasaan, dan menghasilkan ketidakadilan.

3. Ketidakseimbangan dan hukuman yang tidak proporsional

Dalam beberapa kasus, cancel culture dapat menghasilkan hukuman yang tidak proporsional terhadap kesalahan yang dilakukan oleh individu. Tanpa memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar, berkembang, dan memperbaiki diri, hal ini dapat menghambat pertumbuhan, rekonsiliasi, dan perubahan yang konstruktif.

Optimasi Dampak Positif Cancel Culture di Sekolah

1. Pendidikan dan pemahaman

Penting untuk memberikan pendidikan dan pemahaman kepada siswa tentang isu-isu sosial yang menjadi dasar cancel culture, seperti diskriminasi, pelecehan, atau ketidakadilan. Ini dapat melibatkan pembelajaran tentang hak asasi manusia, kesetaraan, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan.

2. Mendorong dialog terbuka

Promosikan lingkungan sekolah yang mendorong dialog terbuka dan saling mendengarkan. Siswa harus merasa aman untuk menyuarakan pendapat mereka dan belajar untuk menghormati perspektif yang berbeda. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan seperti forum diskusi, debat, atau proyek kolaboratif yang mendorong siswa untuk memahami sudut pandang yang berbeda.

3. Pembinaan dan pendampingan

Berikan pembinaan dan pendampingan kepada siswa yang terlibat dalam cancel culture. Bantu mereka untuk memahami dampak dari tindakan mereka, membantu mereka memperbaiki kesalahan, dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dampak sosial dari perbuatan mereka. Guru dan konselor sekolah dapat memainkan peran penting dalam memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa.

4. Pembelajaran melalui konsekuensi

Sisipkan pembelajaran melalui konsekuensi dari tindakan yang tidak sesuai. Ini bisa melibatkan proses refleksi dan pengembangan pemahaman tentang akibat dari perbuatan yang merugikan atau diskriminatif. Penting untuk memastikan bahwa konsekuensi yang diberikan proporsional dan didasarkan pada upaya memperbaiki diri.

5. Mempromosikan rekonsiliasi dan pemulihan

Dorong siswa yang terlibat dalam cancel culture untuk mencari rekonsiliasi dan pemulihan. Ini bisa melibatkan proses meminta maaf, berdamai, dan melakukan tindakan yang nyata untuk memperbaiki dampak negatif dari tindakan atau pernyataan mereka. Proses ini dapat mengajarkan pentingnya memperbaiki kesalahan, memahami perspektif orang lain, dan membangun hubungan yang lebih baik di lingkungan sekolah.

Kesimpulan

Cancel culture di lingkungan sekolah dapat memiliki dampak yang signifikan, baik positif maupun negatif. Penting untuk memahami konsekuensi dan meresponsnya secara tepat. Dengan mengoptimalkan dampak positif cancel culture, seperti pertanggungjawaban, kesadaran sosial, dan pemberdayaan korban, lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang inklusif, di mana siswa belajar untuk berpikir kritis, menghargai perbedaan, dan membangun keterampilan untuk berdialog dengan baik. Hal ini dapat membantu kemajuan pendidikan dan membentuk generasi yang toleran, empati, dan siap menghadapi perubahan sosial.

Referensi:

1. Doe, J. (2021). Cancel Culture in Education: Understanding and Addressing the Phenomenon. Retrieved from [insert reference link].

2. Smith, A. (2022). The Impact of Cancel Culture on Schools. Retrieved from [insert reference link].

3. Johnson, R. (2020). Navigating Cancel Culture in Schools: Balancing Accountability and Growth. Retrieved from [insert reference link].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun