Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewaspadai Isomorphic Mimicry dalam Pendidikan: Antara Pencitraan

6 Juni 2023   09:01 Diperbarui: 6 Juni 2023   09:04 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Keberhasilan Sejati dalam Pendidikan: Tidak Hanya Kulit yang Bersinar, Tetapi Benih yang Berkembang"

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan generasi muda yang berkualitas dan berpotensi. Namun, saat ini, kita perlu lebih waspada terhadap fenomena yang dikenal sebagai "isomorphic mimicry" atau pencitraan semu dalam dunia pendidikan. Terlihat bahwa sekolah-sekolah mengedepankan citra kesuksesan, namun di balik itu semua, sebenarnya belum terjadi kemajuan yang substansial dalam penyelenggaraan pendidikan. 

Dalam konteks ini, perlu ditekankan bahwa kesuksesan sesungguhnya dalam pendidikan bukanlah semata-mata berdasarkan pencitraan, melainkan lebih kepada upaya pembelajaran yang berkualitas dan efektif. 

Salah satu contoh dari pencitraan semu ini dapat ditemukan di berbagai sekolah. Gedung-gedung sekolah dibangun dengan megah, namun sayangnya, fasilitas tersebut tidak didukung oleh upaya nyata dalam menyemaikan budaya belajar yang baik. 

Gedung-gedung yang mewah semestinya digunakan sebagai tempat yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang interaktif dan inovatif, tetapi sering kali hanya menjadi simbol keberhasilan sekolah tanpa memberikan dampak positif yang signifikan pada proses belajar-mengajar.

Selain itu, buku-buku juga seringkali hanya dijadikan sebagai "penghias" perpustakaan. Padahal, buku-buku tersebut seharusnya menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi para siswa. Penghiasan perpustakaan semestinya dilengkapi dengan upaya konkret untuk mendorong minat baca dan pengembangan pengetahuan siswa melalui penggunaan buku-buku tersebut. Ketika buku-buku hanya sekadar menjadi pajangan, maka kehadirannya menjadi tidak lebih dari simbolisme belaka.

Di sisi lain, keberadaan guru-guru yang berkualifikasi sarjana juga menjadi salah satu indikator "isomorphic mimicry" dalam dunia pendidikan. Memang, memiliki guru-guru yang terdidik dan berkompeten merupakan hal yang penting. 

Namun, jika peran mereka hanya sebatas menjalankan setiap petunjuk tanpa memiliki kebebasan untuk berinovasi, maka potensi yang dimiliki guru-guru tersebut tidak akan tergali secara maksimal. Guru-guru seharusnya didorong untuk berperan aktif dalam pengembangan pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pada sisi murid, terdapat fenomena di mana mereka setiap hari masuk sekolah, duduk di kelas, dan mendengarkan guru tanpa banyak ruang untuk berinteraksi dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Dalam kondisi seperti ini, siswa seringkali hanya dianggap sebagai "celengan" yang harus diisi dengan berbagai informasi. 

Namun, pendidikan seharusnya lebih dari sekadar menanamkan informasi kepada siswa. Proses pembelajaran yang efektif harus mendorong keterlibatan aktif siswa, melatih keterampilan berpikir kritis, dan mengembangkan potensi mereka secara menyeluruh.

Selanjutnya, dalam usaha untuk memenuhi standar yang ditetapkan, terkadang terjadi praktik pencitraan semu dengan membentuk rombongan belajar (rombel) yang kecil. Meskipun rombel kecil sejatinya memiliki manfaat, namun jika tidak diimbangi dengan pendekatan pedagogi yang efektif untuk kelas kecil, manfaat tersebut menjadi terbatas. 

Penting bagi sekolah untuk tidak hanya memfokuskan pada penampilan angka atau rasio siswa-guru yang sesuai dengan standar, tetapi juga memastikan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan secara efektif memenuhi kebutuhan setiap siswa.

Selanjutnya, implementasi Kurikulum Merdeka juga dapat menjadi contoh "isomorphic mimicry" dalam pendidikan. Penggantian dokumen kurikulum saja tidak cukup untuk mencapai transformasi yang diharapkan dalam pembelajaran. 

Kurikulum Merdeka seharusnya didukung oleh perubahan yang signifikan dalam metode pengajaran, pendekatan evaluasi yang berpusat pada pembelajaran siswa, dan memberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Hanya dengan langkah-langkah nyata inilah Kurikulum Merdeka dapat menjadi alat yang efektif dalam memberikan pendidikan yang memerdekakan.

Jadi, penting bagi kita semua untuk menyadari fenomena "isomorphic mimicry" dalam dunia pendidikan. Keberhasilan pendidikan sejati bukanlah semata-mata tentang pencitraan kesuksesan, melainkan upaya nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Diperlukan tindakan konkret dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, sekolah, guru, dan masyarakat secara keseluruhan, untuk mengubah paradigma pendidikan menjadi lebih efektif dan berkualitas. Hanya dengan demikian, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan mampu melahirkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun