Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru? Tahu Dong: Problem-Based Learning

19 Mei 2023   00:01 Diperbarui: 18 Mei 2023   23:59 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi problem based learning. Sumber foto: stock foto Canva 

"Tulisan pertama dari delapan tulisan seri : Model Pembelajaran Inovatif." 

Pendidikan adalah kunci untuk membentuk generasi yang kompeten dan siap menghadapi tantangan dunia. Namun, pendekatan konvensional dalam pembelajaran sering kali tidak mampu mengembangkan keterampilan kritis dan analitis siswa. Dalam upaya untuk memperbaiki hal ini, metode pembelajaran inovatif seperti Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning atau PBL) muncul sebagai alternatif yang menarik. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi apa itu PBL, langkah-langkah pelaksanaannya, dan kesimpulan tentang manfaat dari metode pembelajaran ini.

PBL adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mencari solusi untuk masalah atau pertanyaan kompleks. Dalam PBL, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan mendukung proses pembelajaran, sementara siswa bertindak sebagai pemecah masalah yang menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh dari berbagai sumber untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.

Langkah-langkah pelaksanaan PBL terdiri dari beberapa tahap yang diarahkan untuk mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam PBL.

Mengidentifikasi masalah 

Guru memperkenalkan masalah atau pertanyaan kompleks yang memicu pemikiran kritis dan menantang siswa untuk mencari solusi. Masalah ini harus relevan dengan konten pembelajaran dan menarik minat siswa.

Menjelajahi masalah

Siswa mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut melalui penelitian mandiri. Mereka menggunakan sumber daya yang beragam, termasuk buku teks, artikel, internet, dan wawancara, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang sedang mereka pelajari.

Membentuk hipotesis dan tujuan pembelajaran

Berdasarkan penelitian mereka, siswa merumuskan hipotesis dan menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik. Hal ini membantu mereka memfokuskan upaya mereka dan menentukan arah penelitian lebih lanjut.

Kolaborasi dan diskusi

Siswa bekerja secara kelompok atau tim untuk berbagi pengetahuan, memecahkan masalah, dan mengembangkan pemahaman bersama. Diskusi kelompok ini mendorong pemikiran kritis, komunikasi efektif, dan keterampilan kolaboratif.

Merancang solusi

Siswa mengembangkan solusi atau strategi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari penelitian mereka untuk merancang solusi yang inovatif dan efektif.

Evaluasi dan refleksi

Siswa mengevaluasi solusi yang mereka rancang, menganalisis keefektifannya, dan merenungkan proses pembelajaran mereka. Refleksi ini membantu siswa mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang topik yang dipelajari, memperkuat keterampilan metakognitif, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah di masa depan.

PBL memiliki beberapa keunggulan yang signifikan. Pertama, metode ini meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan masalah yang menantang dan relevan, PBL mendorong siswa untuk terlibat secara aktif, mengembangkan rasa ingin tahu, dan memotivasi mereka untuk belajar. Ini berbeda dengan pembelajaran konvensional di mana siswa sering kali menjadi pasif penerima informasi.

Kedua, PBL mempromosikan pengembangan keterampilan kritis dan analitis. Dalam PBL, siswa harus mengumpulkan, menganalisis, dan menyintesis informasi dari berbagai sumber. Mereka juga harus mengembangkan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang relevan, merumuskan hipotesis, dan merancang solusi yang kreatif. Proses ini melatih siswa untuk berpikir secara kritis, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang informasi-berbasis.

Selain itu, PBL mendorong keterampilan kolaboratif dan komunikatif. Dalam kerja kelompok, siswa belajar untuk mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, berbagi pengetahuan dan perspektif mereka, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kemampuan untuk bekerja dalam tim dan berkomunikasi secara efektif merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan dalam kehidupan pribadi dan profesional.

PBL juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata. Dalam kehidupan nyata, banyak masalah yang kompleks dan multidimensional, dan sering kali tidak ada jawaban yang jelas. Melalui PBL, siswa belajar bagaimana menghadapi ketidakpastian, mengatasi hambatan, dan mencari solusi yang inovatif. Mereka juga memperoleh keterampilan pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan.

Namun, penting untuk diingat bahwa PBL juga memiliki tantangan dan batasan tertentu. Persiapan materi yang diperlukan dalam PBL memerlukan waktu dan upaya yang lebih intensif bagi guru. Selain itu, ada kemungkinan bahwa siswa dapat terjebak dalam proses pencarian informasi tanpa arah yang jelas, sehingga perlu adanya bimbingan yang tepat dari guru. Oleh karena itu, peran guru sebagai fasilitator sangat penting dalam memastikan keberhasilan PBL.

Kesimpulannya, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mencari solusi untuk masalah kompleks. Melalui PBL, siswa belajar secara aktif, mengembangkan keterampilan kritis, kolaboratif, dan komunikatif, serta siap menghadapi tantangan dunia nyata. Meskipun ada tantangan dalam implementasinya, manfaat jangka panjang dari PBL sangatlah berharga. Dengan mendorong pemikiran kritis, analitis, kreatif, dan kolaboratif, PBL membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terampil dalam memecahkan masalah.

Dalam PBL, siswa mengambil peran yang lebih aktif dalam pembelajaran mereka. Mereka tidak hanya menerima informasi dari guru, tetapi juga terlibat dalam proses eksplorasi, penelitian, diskusi, dan pemecahan masalah. Ini membantu siswa mengembangkan rasa ingin tahu yang kuat, meningkatkan motivasi intrinsik, dan mengasah keterampilan metakognitif.

Selain itu, PBL menciptakan pengalaman pembelajaran yang autentik dan kontekstual. Dengan memberikan masalah atau pertanyaan yang relevan dengan dunia nyata, siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu siswa menginternalisasi konsep-konsep pembelajaran dengan lebih baik dan melihat relevansi dan manfaatnya di kehidupan mereka.

Dalam konteks PBL, siswa juga terlibat dalam kolaborasi dan diskusi kelompok. Mereka belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, berbagi ide, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ini tidak hanya memperkaya pemahaman mereka, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

PBL juga melatih siswa dalam mengelola informasi dan sumber daya secara efektif. Dalam pencarian solusi untuk masalah yang kompleks, siswa harus mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber. Mereka juga belajar untuk menggunakan alat dan teknologi yang relevan untuk mendukung proses pembelajaran mereka. Keterampilan ini sangat berharga dalam era informasi dan teknologi saat ini, di mana kemampuan untuk memilah, memfilter, dan menganalisis informasi menjadi sangat penting.

Referensi:

Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9-20.

Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn?. Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.

Barrows, H. S. (1996). Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview. New Directions for Teaching and Learning, 1996(68),211-217.

Blumberg, P. (2009). Developing learner-centered teaching: A practical guide for faculty. John Wiley & Sons.

Dolmans, D. H., & Schmidt, H. G. (1996). What drives the student in problem-based learning? Medical Education, 30(6), 372-380.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun