Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Kimia

Ketua Perkumpulan Pendidik Sains Kimia Indonesia (PPSKI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selasar Sekolah

3 November 2021   07:31 Diperbarui: 3 November 2021   07:33 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mang Soleh ke Surabaya

Bawa arang dibungkus kertas

Kalau boleh aku bertanya

Siapkah orang yang paling cerdas?

Siang itu di selasar ruangan laboratorium kimia aku mendengar beberapa orang siswa yang sedang berbincang santai. Mereka duduk duduk di lantai sambil bersila. Sementara udara siang hari itu cukup panas menyengat, apalagi pagi harinya tadi sudah pernah turun hujan, jadi panas siang itu terasa berbeda karena ditambah dengan panas dari uap air bekas hujan sebelumnya. Jadi sambil menunggu pelajaran berikutnya mereka mencari angin di selasar. Kebetulan letak laboratorium kimia bersebelahan dengan ruang kelas mereka. Tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan mereka, karena posisi mereka berada memang tidak jauh dari ruangan tempat aku biasa berkantor.

"Aku setelah masuk SMA nggak pernah lagi jadi juara, di tiga besar pun tidak. Jangan-jangan aku ini tambah bodoh. Padahal dulu waktu SD dan SMP aku tidak pernah luput dari juara, paling jelek juara tiga. Tapi sekarang ini berada di sepuluh besar saja perjuangannya bukan main...", kata Adjie membuka pembicaraan mereka.

"Bukan begitu, kamu bukan tambah bodoh, tapi yang ada saingan kamu sekarang jauh lebih pandai dari kamu, makanya mereka terlihat jauh lebih pintar", jelas Silvia.

"Ditambah lagi, mereka yang juara sekarang ini kalau saya perhatikan mereka tidak hanya belajar di sekolah, tetapi ada yang ikut bimbingan belajar", timpal Imelda.

"Memang sih... Aku sering melihat Aisya yang juara kelas terus itu kalau sore atau malam pergi ke tempat bimbingan belajar yang ada di deretan ruko di pasar", ungkap Adjie.

"Nah itu kamu tahu... Jadi wajar kalau dia juara kelas terus. Sedangkan kita hanya belajar di sekolah, paling-paling belajar lebih banyak di rumah saat mau ulangan saja. Jadi bukan kamu yang tambah bodoh tapi mereka jauh lebih cerdas dari pada kita ini", kata Silvia.

"Kata guru kita, masih ada langit di atas langit...  Dulu waktu SD kamu juara, tetapi sekarang orang lain yang juara. Dan aku yakin, kalau nanti Aisya yang sekarang ini juara kelas nanti berada di level yang lebih tinggi akan terlihat ada banyak orang yang lebih cerdas dari pada dia", kata Imelda pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun