Mohon tunggu...
Syahreal Tjais
Syahreal Tjais Mohon Tunggu... -

chemical engineer turns educator Chemistry Advanced-level teacher at International Program SMAN 68 (Salemba Raya) Jakarta Chemistry Advanced-level teacher at International Program SMAN 70 (Bulungan) Jakarta Sarjana Teknik Kimia (Chemical Engineer), UGM, Jogja, class of 1995 Magister Manajemen (Financial Management), Univ Mercua Buana, Jakarta, class of 2008

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Jenis Kurikulum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (bagian 1)

30 November 2009   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08 4034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Telah sering kita mendengar tentang sekolah 'bertaraf' Internasional, atau sering disingkat SBI. Apa yang membedakan sekolah tersebut dengan sekolah 'biasa'?

Pada dasarnya, RSBI ditugaskan oleh pemerintah untuk mengadopsi kurikulum dari salah satu negara anggota OECD, yaitu negara - negara yang dianggap sudah maju dan mapan, untuk diterapkan di sekolah tersebut. Hal ini dengan harapan bahwa poin - poin tertentu yang baik dari sistem pendidikan negara maju tersebut dapat diadaptasikan dan diterapkan di sekolah tersebut, untuk selanjutnya (nantinya) dikembangkan ke sekolah lain di lingkunannya.

Dalam pelaksanaannya, karena kendala bahasa, hampir selalu negara rujukan adalah negara yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. Ini disebabkan bahasa asing yang paling sering dikuasai pendidik adalah bahasa Inggris.

Diantara negara - negara berbahasa Inggris dalam OECD, sistem pendidikan dari Inggris, yaitu Cambridge  International Education, adalah yang paling mudah diadopsi, dan karenanya termasuk yang paling populer. Sistem lain yang juga populer adalah International Baccalaureate (IB), dan yang agak jarang adalah Edexcel.

Sistem CIE pada prinsipnya mirip TOEFL: siswa dibebaskan bagaimana mereka akan belajar (di sekolah / lembaga pendidikan, otodidak, diajar orang tua sendiri, tutorial privat, dll) , berapa lama jangka waktunya (umumnya 1 - 3 tahun),  buku dan alat bantu lain, dan lain - lain. Yang penting, pada saat ujian (dilaksanakan serentak di seluruh dunia), meraka lulus, maka akan mendapat Sertifikat yang menjelaskan kelulusan mereka pada mata pelajaran apa dan dengan tingkat apa. Misal, Matematika dengan Grade B, Fisika dengan grade D, dan seterusnya. Hanya siswa yang lulus pada mata pelajaran tersebut yang mendapat setifikat. Mata pelajaran yang gagal tidak tercantum dalam sertifikat, dan bila tidak ada mata pelajaran sama sekali yang lulus, maka tidak akan mendapat sertifikat.

Perbedaan dengan sistem TOEFL (dan Ujian Nasional kita) adalah tingkat detail kejelasan mengenai apa yang akan diujikan. Istilah yang digunakan untuk mata pelajaran adalah 'silabus'. Silabus dipublikasikan 3 tahun sebelum ujian dilaksanakan, sedangkan normalnya waktu untuk belajar menghadapi ujian adalah 2 tahun pembelajaran untuk sistem sekolah klasikal. Ini berarti para pendidik memiliki sekitar 1 tahun untuk memikirkan bagaimana akan menyampaikan silabus tersebut dalam kelas. Silabus mencakup daftar hal apa saja yang diharapkan akan dikuasai, dan akan diujikan. Tidak semua materi dalam silabus akan keluar di Ujian, karena akan terlalu panjang, namun tidak akan ada materi yang diujikan yang tidak tercantum dalam silabus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun