Mohon tunggu...
Syahreal Tjais
Syahreal Tjais Mohon Tunggu... -

chemical engineer turns educator Chemistry Advanced-level teacher at International Program SMAN 68 (Salemba Raya) Jakarta Chemistry Advanced-level teacher at International Program SMAN 70 (Bulungan) Jakarta Sarjana Teknik Kimia (Chemical Engineer), UGM, Jogja, class of 1995 Magister Manajemen (Financial Management), Univ Mercua Buana, Jakarta, class of 2008

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kembalikan UAN ke EBTANAS

26 November 2009   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:11 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekadar sedikit menambah pemikiran mengenai diskusi tentang UAN yang menghangat akhir - akhir ini.

Tampaknya ada perpecahan yang muncul di masyarakat, dan juga pemerintah, mengenai perlu tidaknya UAN. Sekadar mengingatkan, mari dikembalikan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut: sebagai evaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran selama satu jenjang (SD, SMP, SMA). Menjadi masalah ketika evaluasi menjadi Ujian, sesuatu yang menentukan berhak / tidaknya mendapatkan suatu hal, dalam hal ini pernyataan kelulusan .

Harapan saya, kita kembalikan kedudukan UAN sebagai saranaEvaluasi, seperti EBTANAS dimasa Orba dulu. Lulus atau tidak seorang siswa ditentukan oleh masalah administatif dan afektif (sikap), bukan kognitif (pengetahuan). Dahulu, EBTANAS penting, tapi sebagai alat evaluasi, memberikan gambaran kasar kemampuan siswa. Jenjang pendidikan lebih tinggi akan menggunakannya sebagai salah satu alat penilaian, namun bukan satu - satunya. Nilai rapor, ada / tidaknya 'catatan khusus' (baik positif atau negatif) selama mengikuti jenjang berikutnya.  Dengan demikian  tujuan penilaiannya tercapai, tanpa terbiaskan oleh tekanan ujian.

Sekadar mengingatkan, salah satu penyebab penolakan UAN adalah akibat buruk yang ditimbulkan oleh statusnya sebagi UJIAN, bukan EVALUASI. Penilaian oleh pihak ketiga yang netral (Negara, diwakili Depdiknas) itu baik, bahkan perlu, namun jangan menjadi tujuan. EBTANAS lebih 'murni', lebih sedikit kecurangan (pendapat pribadi penulis) daripada UAN, karena bukan sebagai ujian, namun evaluasi. Kalaupun kita lulus dengan rata-rata, katakanlah, 3,50 ya itulah kita, kita dapat lebih menerima karena tidak menghakimi. Toh dalam jenjang pendidikan berikutnya secara otomatis nilai tersebut masuk dalam pertimbangan, bila nilai jelek masuk tingkat pendidikan selanjutnya lebih sukar. Dan dengan nilai yang lebih 'jujur', tujuan evaluasi (menilai) dapat tercapai. Cukup memprihatinkan, bagaimana besarnya proporsi sumberdaya yang tercurah untuk mencapai kelulusan, bahkan dengan cara - cara yang kurang baik.

Penilaian (evaluasi) dan pengujian (lulus atau tidaknya) sebaiknya dipisahkan. Kembalikan UAN ke EBTANAS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun