Mohon tunggu...
SYAHRANI PUTRI
SYAHRANI PUTRI Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Peserta didik SMK N 1 Kendal

XII TB 2

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Weh-wehan atau Ketuwinan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

8 Februari 2021   11:30 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:35 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Weh-wehan atau yang disebut juga Ketuwinan ini merupakan tradisi masyarakat Kabupaten Kendal, khususnya di Kecamatan Kaliwungu. Biasanya Ketuwinan di lakukan setiap menjelang 12 Rabiul Awal menurut tanggalan Hijriyah. Tradisi ini diadakan dengan tujuan untuk memperingati hari lahir Nabi kita Nabi Muhammad SAW.

Ketuwinan sendiri berasal dari kata tuwi atau rilek (Bahasa Jawa) yang artinya menengok atau berkunjung atau juga dapat diartikan silaturahmi. Sedangkan weh-wehan sendiri berasal dari kata weweh (Bahasa Jawa) yang artinya memberi.

Ketika bulan Rabiul Awal tiba masyarakat biasanya menyiapkan makanan tradisional yaitu biasanya disebut sumpil, ada juga yang menyiapkan jajanan seperti chiki, terkadang ada juga yang menyiapkan balon yang dipegangnya ditempel uang untuk menarik anak kecil.

Ketuwinan di daerah Kaliwungu biasanya tidak dilakukan secara serentak. Adanya melakukannya setelah Ashar ada juga yang melakukannya setelah Maghrib. Setiap orang membawa makanan atau jajan dari rumahnya sendiri dan di edarkan di kampung, atau mereka mengunjungi rumah tetangganya untuk melakukan batter. Tidak hanya anak-anak yang mengedarkan makanannya lalu orang tuanya dirumah. Terkadang orang tua pun ikut serta dalam tradisi ini mereka ikut mengedarkan makanan atau jajanannya.

Saat adanya Ketuwinan biasanya masyarakat tidak hanya menyiapkan makanan untuk Ketuwinan, tapi ada juga mayarakat yang membuat Teng-tengan. Teng-tengan adalah semacam lampu lampion, Teng-tengan ini terbuat dari bilah bambu dan kertas yang didalamnya diisi oleh lampu minyak. Teng-tengan ini biasanya dipasang didepan rumah setelah jadi. Tapi sekarang karena seiring berjalannya teknologi dan waktu, kebanyakan masyarakat tidak membuat Teng-tengan lagi, mereka lebih memilih cara yang lebih praktis dengan menggunakan lampu hias listrik warna-warni.

Sampai sekarang masyarakat Kecamatan Kaliwungu masih menjalankan Tradisi Weh-wehan atau Ketuwinan ini, karena mereka sudah berpuluh-puluh tahun melakukan tradisi ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun