menjual vaksin bisa menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan, karena tentu banyak juga negara-negara yang membutuhkan stok vaksin untuk rakyatnya.
Akan tetapi, untuk mendapatkan paten global, antar negara harus bersaing. "Sementara itu, ada lebih dari 100 kandidat vaksin yang menjanjikan di seluruh dunia, hanya satu yang akan memenangkannya," kata Mercurio kepada VOA. Sistem paten global akan menjagokan "winner take all approach" atau "sang pemenang akan meraih semuanya", yang berarti usaha-usaha lainnya (untuk menemukan vaksin) tidak akan diberi penghargaan.
Hal ini benar-benar titik temu antara masalah Kesehatan, politik, dan ekonomi. Maka tak jarang, banyak negara yang main sikut untuk permasalahan paten global ini. Jika China dengan vaksin Sinnovac, Amerika Serikat dengan Moderna dan Pzifer, dan Inggris dengan Astrazenneca-nya. Indonesia berani tampil dengan vaksin Merah-Putihnya.
Vaksin Merah Putih ini dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Dalam pengembangannya, pemerintah bekerja sama dengan dengan empat universitas dan dua lembaga. Keempat universitas itu yakni Universitas Airlangga (Unair), Universitas GadjahMada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).Â
Sementara itu dua lembaga yakni Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Vaksin ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menangkal Covid-19, sehingga diharapkan dapat diproduksi pada tahun 2022. Namum sayangnya, pengembangan vaksin Covid-19 merah putih terkendala di proses uji klinis tahap tiga. Kesulitannya adalah mencari relawan untuk uji klinik.
Lalu, bagaimana solusi dari permasalahan tersebut? Melansir dari kontan.co.id, Fedik menyebutkan, untuk relawan sudah disiapkan alternatif strateginya. Unair, Universitas Airlangga, berencana akan melibatkan para mahasiswanya untuk menjadi relawan dalam uji klinik tahap 3 nantinya. Hal ini dikarenakan, masyarakat yang sudah menjalani vaksinasi COVID-19 tidak bisa mencalonkan diri sebagai relawan atas uji klinik tahap 3 vaksin Merah Putih ini.
Seiring berjalannya vaksinasi yang gencar dijalankan oleh pemerintah, masyarakat jadi mempertanyakan nasib vaksin karya anak bangsa ini kedepannya. Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, Ismunandar, menyatakan kemungkinan vaksin Merah Putih digunakan sebagai booster atau suntikan tambahan vaksin Covid-19.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi mutasi virus corona yang menyebar belakangan di Indonesia. Ditambah lagi, belum ada kepastikan berapa lama imunitas bertahan dalam tubuh manusia yang sudah divaksinasi. "Apabila vaksin Merah Putih belum siap dalam waktu dekat, maka vaksin Merah Putih akan menjadi alternatif untuk ketersediaan vaksin di masa depan. Baik sebagai booster. Kita belum tahu, apakah memang vaksin atau vaksinasi yang telah kita peroleh akan bisa mempertahankan imunitas kita," kata Ismunandar dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Rabu (16/6/2021).
Vaksin Merah Putih diharapkan bisa menjadi tonggak baru bagi Indonesia agar bisa mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, khususnya di bidang Kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H