Pengen naik kapal laut, akh.
"Kemana Pak."
Surabaya.
Di tahun 90-an, Saya pernah naik kapal dari Banjarmasin ke Semarang untuk silaturrahim ke tempat sahabat. Kami bertujuh waktu itu. Hampir 20 jam berada di tengah-tengah lautan. Gelombang, sudah pasti ada dan banyak. Ada yang lumayan tinggi juga menghantam badan kapal. Alhamdulillah Saya tidak sempat mabuk laut.
"Nggak takut tenggelam Pak?"
Kalau kapal hanya bersandar di dermaga atau di pantai, itu sih pasti AMAN, namun bukan itu kapal dibuat.
Kapal dirancang untuk tahan dihantam gelombang, melanglang buana membelah lautan serta untuk mencapai tujuan.
Sama halnya dengan kita.
Manusia diciptakan Allah untuk menghadapi tantangan, untuk mengatasi masalah.
Kata guru Saya, "Dalam hadits disebutkan bahwa yang paling banyak dan paling berat cobaannya adalah para nabi, lalu orang-orang dibawahnya, lalu orang-orang dibawahnya lagi. Besarnya masalah yang dihadapi menunjukkan besarnya kapasitas kita. Jangan terpaku pada beratnya masalah tapi lihatlah betapa hebatnya ketika kita mampu menyelesaikannya."
Marilah kita belajar memperbesar kapasitas kita, laksana kapal tadi.
Kalau tantangannya membelah ombak di sungai, kapasitasnya cukup jukung (perahu kecil muat 2 orang).
Kalau perjalanannya di sungai yang lebih lebar, kapasitasnya kelotok (perahu motor).
Kalau untuk di laut, antar pulau, maka kapasitasnya adalah kapal laut.
Kapasitas yang membesar, maka ketika menghadapi masalah, akan terasa kecil.
Orang-orang besar, menyederhanakan masalah yang besar. Orang-orang kecil, membesarkan masalah-masalah yang kecil. Balik lagi ke kapasitas.
Janganlah kita berhenti belajar untuk memperbesar kapasitas.
Semoga kita selalu siap menghadapi tantangan, karena manusia itu selalu di uji. (Al-Mulk : 2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H