Begitu pula dengan si penari ronggeng, penduduk kampung yakin kalau tidak seluruh orang dapat jadi penari ronggeng, sebab diyakini kalau leluhur mereka sendirilah yang hendak memilah serta memastikan siapa titisannya. Kala dikenal Srintil mempunyai keahlian menari yang magis, membuat para tetuah dukuh yakin kalau Srintil merupakan titisan ronggeng. Srintil mempersiapkan diri buat tugasnya jadi ronggeng.
Dikala itu, Srintil menyadari kalau jadi ronggeng tidak cuma berarti jadi opsi dukuhnya di pentas- pentas tari. Dia pula hendak jadi kepunyaan seluruh masyarakat Dukuh Paruk. Perihal ini menempatkan Rasus pada suatu dilema. Dia merasa cintanya sudah dirampas serta dalam keputusasaan, dia meninggalkan dukuhnya buat jadi anggota tentara.
calon penari ronggeng, dia wajib menjajaki sebagian ketentuan ataupun tradisi demi dapat jadi penari ronggeng sebetulnya. Salah satu ketentuan ataupun tradisi yang terdapat merupakan calon penari ronggeng wajib melaksanakan bukak klambu. Bukak klambu berarti kalau keperawanan sang penari ronggeng hendak diserahkan kepada pria yang sanggup memberikannya banyak uang.
Tidak hanya itu, dikala penari ronggeng lagi pentas umumnya hendak terdapat pengibing serta pengibing yang mempunyai duit sangat banyak bisa berhubungan intim dengan sang penari ronggeng.
Perihal tersebut telah jadi kewajiban seseorang ronggeng. Para istri dari pria- pria ini juga merelakan dengan bahagia hati sebab perihal itu dikira hendak bawa berkah untuk kehidupan rumah tangga mereka. Tetapi Rasus yang menyayangi Srintil tidak dapat menerima perihal tersebut. Di malam" buka kelambu", Rasus mengajak Srintil berhubungan tubuh dengannya saat sebelum melayani para laki- laki.
Rasus yang senantiasa tidak dapat menerima keadaan Srintil sehabis jadi ronggeng juga berangkat dari Dukuh Paruk serta bergabung jadi tentara. Sedangkan kesenian ronggeng di Dukuh Paruk terus menjadi berjaya. Sampai tanpa mereka sadari seseorang simpatisan PKI bernama Bakar menyusup ke kampung mereka serta menanamkan pandangan hidup komunisme ke segala penduduk kampung.
Bakar menggunakan kesenian ronggeng serta ketidaktahuan warga Dukuh Paruk buat membuat mereka bergabung dengan PKI. Sehabis terbentuknya pergolakan politik di tahun 1965, Rasus serta para tentara lain juga ditugaskan buat menangkap seluruh orang yang tercatat selaku simpatisan PKI, tercantum orang- orang di Dukuh Paruk.
Orang- orang di Dukuh Paruk yang tidak ketahui menahu serta cuma ikut- ikutan juga wajib terseret serta dikira selaku simpatisan PKI, tercantum Srintil. Kekacauan juga terjalin di Dukuh Paruk, seluruh orang ditangkap. Dikala Rasus tiba buat mencari Srintil, Dukuh Paruk telah kosong serta rusak berhamburan. Rasus setelah itu berupaya mencari kabar menimpa keberadaan Srintil.
Dari seseorang sahabat tentaranya, Rasus sukses menciptakan alamat kamp konsentrasi tempat Srintil ditangkap. Tetapi Rasus baru tiba pas dikala Srintil dibawa oleh suatu gerbong kereta bersama para tentara serta masyarakat yang lain yang ditangkap. 10 tahun setelah itu, Rasus berjumpa dengan seseorang ronggeng yang mirip dengan Srintil.
Rasus membagikan pusaka yang dahulu dia bagikan pada Srintil serta dia temukan dikala Dukuh Paruk hadapi kekacauan. Ronggeng tersebut menerimanya, walaupun seakan tidak memahami Rasus. Ronggeng itu juga berangkat, tetapi Rasus tersenyum pada dirinya seakan mengidentifikasinya selaku Srintil.
Cerita menimpa Rasus serta Srintil dalam film Si Penari cumalah cerita fiksi. Tetapi, alur cerita film ini dikemas lumayan baik dengan mencampurkan cerita fiksi tersebut dengan budaya, tradisi, serta sejarah. Dari film yang berdurasi 119 menit ini, kita dapat memahami banyak tradisi serta budaya Indonesia, paling utama tradisi menimpa kesenian ronggeng. Dalam film ini bisa melihat bagaimana kesenian ronggeng menjadi sesuatu yang sakral.
Film ini juga mengangkat kisah sejarah dalam alur ceritanya, yaitu mengenai sejarah kelam Indonesia pada tahun 1965 saat terjadinya pergolakan politik yang melibatkan Partai Komunis Indonesia atau PKI. Film ini mencoba menceritakan sejarah tersebut dari sudut pandang lain, yaitu dari rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa namun harus ikut terseret dan menjadi korban pergolakan politik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H