Seperti yang diketahui bahwa karya ilmiah sering kali digunakan untuk mencari jawaban atas pertanyaan atau untuk menyatakan sebuah realita dari segala sesuatu yang terdapat dalam karya tersebut. Sehingga, dalam pembuatan karya ilmiah harus mampu mematuhi etika dalam penulisan ilmiah agar mencegah penulis melakukan plagiarisme. Dalam meminimalisir plagiarisme, sebuah karya ilmiah harus diberikan sumber referensinya. Sumber referensi tersebut dapat dicantumkan pada daftar pustaka, kutipan, dan notasi ilmiah. Pada ulasan kali ini akan membahas mengenai notasi ilmiah serta teknik-tekniknya.
Apa itu notasi ilmiah?
Notasi ilmiah merupakan catatan pendek untuk mengetahui sumber informasi ilmiah yang dikutip atau pencantuman sumber rujukan yang digunakan dalam satu karangan ilmiah. Manfaatnya yaitu untuk memberikan kemudahan bagi peneliti, penerima, penulis serta pembaca untuk mengetahui sumber rujukan, terutama jika diperlukan penelitian ulang atau penelitian lanjutan atau penulisan ulang di kemudian hari. Dalam notasi ilmiah terdapat beberapa tekniknya, yaitu footnote, body note, dan end note.
Footnote merupakan catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote ditulis berdasarkan cara berikut ini.
1. Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.
2. Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
3. Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma.
4. Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.
5. Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. dan angka nomor halaman diakhiri titik. Penulisan nomor pada footnote sesuai dengan nomor kutipan dengan menggunakan angka Arab, yaitu angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi ejaan internasional (1,2,3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.
Contoh footnote dari makalah :
18 Din Syamsuddin, "Peranan Golkar dalam Pendidikan Politik Bangsa", Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Peranan Pendidikan Islam dalam Pendidikan Politik di Indonesia yang Diselenggarakan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 19-21 Mei 1996.
Contoh footnote diambil dari buku :
12 Andrew Spencer, Morphological Theory: An Introduction to Word Strucuture in Generative Grammar, (Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1993), hlm. 81.
Contoh footnote dari majalah :
16 Ahmad Ta'rifin, "Menimbang Paradigma Liberalisme dalam Praktik Persekolahan" (Pekalongan: ForumTarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, No. 1 Juni, III, 2005), hlm. 123.
- Body note
Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Beberapa ketentuannya adalah sebagai berikut.
a. Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
b. Menulis nama akhir pengarang
c. Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung
d. Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh :
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178 -- 180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holophrastic, stage); (3) tahap dua kata, satu frasa (the two -- word stage); dan (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
- End note
Pada teknik end note, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
2. Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung
3. Menulis nama akhir pengarang tanpa koma, tahun terbit titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung dan akhirnya diberi titik.
Contoh dari endnote:
Ada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi sesungguhnya sejak masa-masa awal setelah kelahirannya anak mampu berkomunikasi dengan ibunya. Demikian juga orang-orang dewasa di lingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970 : 130).
Semoga ulasan tersebut dapat bermanfat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Mohon untuk kritik dan sarannya jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan sebagainya. Terima kasih telah membaca, jangan bosan untuk membaca karena membaca adalah jembatan ilmu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H