Kesiapan domestik menjadi tantangan mendasar bagi Indonesia dalam memanfaatkan peluang yang ditawarkan BRICKS. Meskipun memiliki potensi besar, Indonesia masih menghadapi sejumlah kelemahan struktural, termasuk kualitas infrastruktur, pendidikan, dan daya saing industri. Menurut laporan World Bank (2023), Indonesia menduduki peringkat ke-60 dalam Indeks Daya Saing Global, yang menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur penunjang.
Dalam konteks transformasi digital, misalnya, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara anggota BRICKS lainnya. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (2022) menunjukkan bahwa penetrasi internet di Indonesia baru mencapai 77%, lebih rendah dibandingkan Tiongkok (94%) dan India (83%). Hal ini menjadi hambatan utama bagi akselerasi ekonomi digital yang diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) juga masih minim. Berdasarkan laporan UNESCO (2022), Indonesia hanya mengalokasikan 0,23% dari PDB untuk R&D, jauh di bawah Tiongkok (2,4%) dan India (0,7%). Kesenjangan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki jalan panjang untuk mengejar ketertinggalan dalam inovasi dan teknologi. Akibatnya, Indonesia berisiko menjadi konsumen teknologi negara-negara BRICKS tanpa mampu mengembangkan ekosistem inovasi yang kompetitif.
Untuk mengatasi tantangan ini, langkah-langkah strategis yang dapat diambil antara lain:
- Peningkatan Investasi dalam Pendidikan dan R&D: Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan tinggi dan riset untuk menciptakan ekosistem inovasi yang mendukung industri strategis.
- Penguatan Infrastruktur Digital: Perluasan jaringan internet berkualitas tinggi ke seluruh wilayah Indonesia akan menjadi kunci untuk mendukung transformasi digital.
- Reformasi Kebijakan Investasi: Memperkuat regulasi investasi yang mendorong transfer teknologi dari mitra BRICKS ke dalam negeri.
Ketegangan geopolitik, ketimpangan ekonomi antar anggota, dan kesiapan domestik adalah tantangan utama yang harus diatasi oleh Indonesia dalam perannya di BRICKS. Dengan pendekatan diplomasi yang netral, strategi kerja sama ekonomi yang seimbang, dan pembenahan domestik, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat posisi strategisnya di tingkat global. Langkah-langkah tersebut akan memastikan bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICKS tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga mendorong pembangunan berkelanjutan yang lebih inklusif.
Kesimpulan
Keanggotaan Indonesia dalam BRICKS adalah langkah strategis yang memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam menghadapi dinamika global yang terus berubah. Dengan potensi ekonomi besar dari negara-negara anggota BRICKS, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ekspor, meningkatkan daya saing teknologinya, dan mendapatkan akses ke pembiayaan proyek-proyek strategis. Ini adalah momentum yang dapat mendorong Indonesia menjadi pemain utama dalam sistem ekonomi multipolar yang sedang berkembang.
Namun, potensi ini tidak dapat dimanfaatkan tanpa upaya serius untuk mengatasi tantangan yang ada. Ketegangan geopolitik yang melibatkan negara-negara BRICKS dan Barat, misalnya, membutuhkan strategi diplomasi yang cermat. Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia harus mampu menjaga hubungan baik dengan kedua belah pihak, sembari tetap memanfaatkan manfaat ekonomi dari kerja sama dalam BRICKS. Langkah ini akan memastikan Indonesia tidak terjebak dalam konflik geopolitik yang dapat merugikan kepentingan nasionalnya.
Ketimpangan ekonomi antar anggota BRICKS juga menjadi tantangan yang perlu diantisipasi. Dengan dominasi Tiongkok dan India dalam aliansi ini, Indonesia perlu mendorong kerja sama yang lebih simetris, termasuk melalui negosiasi yang memastikan transfer teknologi, akses pasar yang adil, dan dukungan investasi yang berorientasi pada pembangunan industri dalam negeri. Peningkatan daya saing ekonomi domestik melalui reformasi struktural dan penguatan sektor pendidikan, riset, serta infrastruktur menjadi prasyarat utama untuk memaksimalkan manfaat dari keanggotaan ini.
Dalam menghadapi tantangan ini, strategi yang matang dan terarah menjadi kunci keberhasilan Indonesia. Pemerintah harus fokus pada diplomasi ekonomi multilateral yang mendukung kepentingan nasional, sambil memastikan kesiapan domestik dalam menghadapi persaingan global. Dengan mengintegrasikan visi pembangunan nasional ke dalam agenda kerja sama BRICKS, Indonesia dapat menjadikan aliansi ini sebagai platform untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, meningkatkan daya saing global, dan memperkuat stabilitas ekonomi domestik.
Pada akhirnya, keanggotaan Indonesia dalam BRICKS bukan hanya peluang untuk memanfaatkan dinamika global, tetapi juga sebuah tantangan untuk membuktikan kapasitas Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia yang mampu berkontribusi secara aktif dalam menciptakan tatanan global yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Strategi yang tepat dan keberanian dalam mengimplementasikan reformasi domestik akan menentukan sejauh mana Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk mencapai tujuan jangka panjangnya.