Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemasaran Arkeologi: Membangun Wisata Berkelanjutan Melalui Warisan Budaya

2 November 2024   10:31 Diperbarui: 2 November 2024   14:06 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, beberapa situs arkeologi juga menghadapi dilema karena ketergantungan mereka pada pendapatan dari pariwisata untuk mendukung upaya konservasi. UNESCO (2022) mencatat bahwa beberapa situs warisan dunia memerlukan pendapatan dari pariwisata untuk menjaga keberlanjutan pemeliharaan, tetapi pada saat yang sama, jumlah pengunjung yang tinggi dapat mengancam kelestarian situs tersebut. Dilema ini membutuhkan strategi yang tepat agar pengelola situs dapat mempertahankan keseimbangan antara peningkatan jumlah pengunjung dan konservasi situs. Misalnya, pengelola Candi Borobudur telah memberlakukan aturan tertentu untuk membatasi jumlah pengunjung yang dapat menaiki stupa utama, sebagai upaya untuk menjaga kelestarian bangunan candi.

Dengan memahami potensi besar dan tantangan dalam pemasaran arkeologi, diperlukan pendekatan yang terintegrasi dalam mengelola situs-situs ini. Melalui strategi yang tepat, seperti peningkatan fasilitas yang ramah lingkungan, pembatasan jumlah pengunjung, dan edukasi yang berkelanjutan, situs arkeologi dapat berkembang sebagai destinasi wisata yang tidak hanya menarik, tetapi juga berkelanjutan.

Strategi Pemasaran untuk Pengembangan Situs Arkeologi

Dalam pemasaran situs arkeologi, diperlukan pendekatan yang kreatif dan efektif agar daya tarik destinasi tetap tinggi dan keberlanjutannya terjaga. Strategi-strategi pemasaran yang berfokus pada penggunaan teknologi digital, kerja sama dengan komunitas lokal, serta edukasi dan interpretasi sejarah dapat meningkatkan nilai wisata situs-situs arkeologi, sekaligus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Berikut adalah uraian mendalam mengenai tiga strategi utama dalam pemasaran arkeologi.

Penggunaan Teknologi Digital

Teknologi digital seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) menawarkan cara baru dalam memperkaya pengalaman wisatawan di situs-situs arkeologi. Melalui teknologi VR, wisatawan dapat merasakan sensasi "kembali ke masa lalu" dan mengalami suasana asli dari situs tersebut, bahkan ketika sebagian besar dari situs tersebut telah rusak atau berubah seiring waktu. Rundel et al. (2021) menyatakan bahwa penggunaan VR dan AR di situs arkeologi dapat meningkatkan keterlibatan pengunjung hingga 40%. Teknologi ini memungkinkan visualisasi yang lebih hidup, membantu pengunjung memahami dan menghargai situs dalam konteks historisnya.

Contoh penerapan teknologi VR dapat ditemukan di situs Colosseum di Roma, Italia. Pengunjung dapat menggunakan headset VR untuk melihat simulasi Colosseum pada masa kejayaannya, dengan suasana keramaian dan struktur bangunan yang lengkap seperti pada zaman Romawi. Hal serupa juga diterapkan di Pompeii, di mana aplikasi ponsel berbasis AR memungkinkan wisatawan melihat bangunan yang telah hancur dalam bentuk aslinya. Menurut Guttentag (2010), teknologi seperti VR dan AR tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, tetapi juga berfungsi sebagai alat edukasi yang efektif, memungkinkan mereka mendapatkan wawasan tentang sejarah dengan cara yang lebih menarik dan interaktif.

Kerja Sama dengan Komunitas Lokal

Kerja sama dengan komunitas lokal merupakan strategi penting dalam pemasaran situs arkeologi, terutama karena masyarakat setempat sering kali memiliki hubungan emosional dan pengetahuan lokal yang kaya tentang situs tersebut. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan dan promosi situs arkeologi tidak hanya membantu menghidupkan ekonomi lokal tetapi juga memastikan keberlanjutan situs tersebut. Bessire (2013) menjelaskan bahwa kerja sama dengan komunitas lokal memungkinkan masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi langsung, seperti melalui penyediaan layanan pemanduan, penginapan, atau produk kerajinan khas daerah.

Di situs-situs tertentu, seperti di Desa Wisata Kertalangu di Bali, masyarakat lokal berperan aktif sebagai pemandu wisata dan penyedia souvenir tradisional. Pendekatan ini tidak hanya membantu perekonomian masyarakat tetapi juga menciptakan rasa memiliki yang lebih kuat terhadap situs tersebut, sehingga mereka lebih terdorong untuk ikut melestarikan situs tersebut. Timothy dan Boyd (2006) juga mencatat bahwa pelibatan komunitas dalam pengelolaan situs meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap kelestarian situs arkeologi. Dalam jangka panjang, pendekatan ini dapat mengurangi risiko perusakan atau vandalisme yang sering kali terjadi pada situs yang dikelola tanpa partisipasi lokal.

Edukasi dan Interpretasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun