Selain itu, kolaborasi antara sektor swasta dan komunitas budaya juga dapat menjadi langkah strategis. Perusahaan teknologi dapat berinvestasi dalam proyek-proyek yang bertujuan untuk melestarikan budaya lokal, seperti pengembangan aplikasi yang menampilkan seni dan tradisi lokal. Dengan demikian, digitalisasi dapat menjadi alat untuk memperkuat identitas budaya, bukan sebaliknya.
Dalam bagian terakhir, kita akan membahas kesimpulan dan rekomendasi untuk menghadapi tantangan digitalisasi dalam konteks identitas budaya.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Digitalisasi membawa banyak inovasi yang bermanfaat, namun juga menghadirkan tantangan serius terhadap identitas budaya. Proses homogenisasi budaya, pengaruh budaya asing, dan perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi budaya menjadi isu yang perlu diatasi. Melalui upaya bersama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, pelestarian identitas budaya di era digital dapat dicapai.
Rekomendasi untuk melestarikan identitas budaya di era digital antara lain adalah integrasi pendidikan budaya dalam kurikulum, pemanfaatan teknologi digital untuk promosi budaya lokal, dukungan pemerintah terhadap seniman dan komunitas budaya, serta kolaborasi antara sektor swasta dan komunitas budaya. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan identitas budaya dapat tetap terjaga dan berkembang meskipun di tengah arus digitalisasi yang semakin kuat.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga menjadi pelestari budaya. Dengan demikian, digitalisasi dapat menjadi alat yang mendukung keberagaman budaya, bukan ancaman bagi identitas budaya itu sendiri.
*Guru Besar Bidang Manajemen Pemasaran Universitas Jambi
Sumber Rujukan
Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Data Pengguna Internet di Indonesia.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). (2020). Laporan Festival Budaya.
Cybersecurity Ventures. (2021). Cybercrime Report.