Mohon tunggu...
syahmardi yacob
syahmardi yacob Mohon Tunggu... Dosen - Guru Besar Manajemen Pemasaran Universitas Jambi

Prof. Dr. Syahmardi Yacob, Guru Besar Manajemen Pemasaran di Universitas Jambi, memiliki passion yang mendalam dalam dunia akademik dan penelitian, khususnya di bidang strategi pemasaran, pemasaran pariwisata, pemasaran ritel, politik pemasaran, serta pemasaran di sektor pendidikan tinggi. Selain itu, beliau juga seorang penulis aktif yang tertarik menyajikan wawasan pemasaran strategis melalui tulisan beberapa media online di grup jawa pos Kepribadian beliau yang penuh semangat dan dedikasi tercermin dalam hobinya yang beragam, seperti menulis, membaca, dan bermain tenis. Menulis menjadi sarana untuk menyampaikan ide-ide segar dan relevan di dunia pemasaran, baik dari perspektif teoritis maupun aplikatif. Gaya beliau yang fokus, informatif, dan tajam dalam menganalisis isu-isu pemasaran menjadikan tulisannya memiliki nilai tambah yang kuat, khususnya dalam memberikan pencerahan dan solusi praktis di ranah pemasaran Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Digitalisasi: Menjaga Inovasi Sambil Merawat Identitas Budaya

26 Oktober 2024   13:36 Diperbarui: 26 Oktober 2024   13:47 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks ini, kita perlu mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana inovasi yang dihasilkan dari digitalisasi dapat diimbangi dengan upaya untuk melestarikan identitas budaya. Pada bagian berikutnya, kita akan membahas lebih dalam mengenai dampak negatif dari digitalisasi terhadap identitas budaya.

Dampak Negatif Digitalisasi terhadap Identitas Budaya

Dampak negatif dari digitalisasi terhadap identitas budaya menjadi isu yang semakin mendesak untuk diperhatikan. Salah satu dampak paling nyata adalah homogenisasi budaya, di mana budaya lokal terancam punah akibat pengaruh budaya global yang lebih dominan. Menurut laporan dari UNESCO, lebih dari 90% konten yang tersedia di internet berasal dari negara-negara maju, yang menyebabkan budaya lokal sulit untuk bersaing (UNESCO, 2021). Hal ini menciptakan kesenjangan dalam representasi budaya di dunia digital.

Contoh nyata dari dampak ini dapat dilihat dalam industri musik. Banyak musisi lokal yang kesulitan untuk mendapatkan perhatian di platform streaming musik yang lebih mempromosikan artis internasional. Sebagai contoh, lagu-lagu tradisional dari daerah tertentu seringkali tidak mendapatkan tempat di playlist yang lebih populer, sehingga mengurangi eksposur dan penghargaan terhadap budaya lokal (Hofstede, 2020). Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan generasi muda kehilangan minat terhadap warisan budaya mereka.

Selain itu, digitalisasi juga mempengaruhi cara orang berinteraksi dengan budaya mereka. Dengan semakin banyaknya informasi yang tersedia secara online, banyak orang yang lebih memilih untuk mengonsumsi budaya melalui layar, dibandingkan dengan pengalaman langsung. Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, 55% orang dewasa di AS lebih memilih menonton film atau acara televisi daripada pergi ke teater atau konser (Pew Research Center, 2020). Perubahan perilaku ini dapat mengakibatkan hilangnya pengalaman budaya yang otentik dan mendalam.

Kehilangan identitas budaya juga dapat terlihat dari cara masyarakat mengadopsi elemen-elemen budaya asing tanpa memahami konteks dan maknanya. Fenomena ini sering disebut sebagai "kulturalisasi," di mana elemen budaya asing diadopsi dan diubah tanpa mempertimbangkan nilai-nilai asli dari budaya tersebut. Misalnya, banyak remaja yang mengadopsi gaya berpakaian atau bahasa dari budaya pop tanpa memahami akar budaya tersebut (Hofstede, 2020). Hal ini dapat menyebabkan kebingungan identitas dan kehilangan rasa memiliki terhadap budaya lokal.

Dengan demikian, dampak negatif digitalisasi terhadap identitas budaya sangat kompleks dan memerlukan perhatian yang serius. Dalam bagian selanjutnya, kita akan membahas upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan identitas budaya di era digital ini.

Upaya Melestarikan Identitas Budaya di Era Digital

Melestarikan identitas budaya di era digital memerlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Salah satu langkah awal yang dapat diambil adalah dengan mengintegrasikan pendidikan budaya ke dalam kurikulum sekolah. Dengan mengenalkan siswa pada nilai-nilai dan tradisi budaya mereka sejak dini, diharapkan generasi muda dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya mereka. Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, sekitar 60% sekolah di Indonesia sudah mulai mengajarkan pendidikan karakter yang mencakup budaya lokal (Kemendikbud, 2021).

Selain itu, penggunaan teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan budaya lokal. Misalnya, platform media sosial dapat digunakan untuk menyebarluaskan konten budaya yang menarik dan edukatif. Beberapa inisiatif telah dilakukan oleh komunitas lokal yang menggunakan Instagram dan YouTube untuk memperkenalkan tradisi dan seni lokal kepada audiens yang lebih luas. Menurut laporan dari Digital Marketing Institute, konten visual memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi, sehingga dapat menjadi alat yang efektif untuk menarik perhatian generasi muda (Digital Marketing Institute, 2021).

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam melestarikan identitas budaya. Dengan memberikan dukungan kepada seniman lokal dan komunitas budaya, pemerintah dapat membantu menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan dan promosi budaya lokal. Misalnya, program Festival Budaya yang diadakan oleh pemerintah daerah dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan seni dan tradisi lokal kepada masyarakat luas. Menurut data dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, festival budaya dapat meningkatkan kunjungan wisatawan hingga 30% (Bekraf, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun