Mohon tunggu...
Syahirul Basith
Syahirul Basith Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Education is the most powerful weapon to change the world. Through education, a person will become a complete human being, so that he has a tendency to humanize other humans. "{ Nelson Mandela }"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Calon Pelamar Pekerja Masih Menghadapi Kendala terhadap Karirnya?

28 Juni 2023   17:02 Diperbarui: 28 Juni 2023   17:04 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syahirul Basith (2A) Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Pendidikan IPS (Dokpri)

Input Unggahan HRD menolak beberapa pelamar. (Twitter/@hrdbacot)
Input Unggahan HRD menolak beberapa pelamar. (Twitter/@hrdbacot)

Curhatan pelamar kerja yang ditolak dengan pesan bernada pedas. (Twitter/@hrdbacot)
Curhatan pelamar kerja yang ditolak dengan pesan bernada pedas. (Twitter/@hrdbacot)

Abstrak

Para pelamar pekerjaan telah mengalami kenaikan yang sangat pesat dalam berbagai bidang selama beberapa waktu terakhir. Meskipun kenaikan yang sangat tinggi sekali, akan tetapi mereka masih menghadapi berbagai kendala-kendala yang mereka lakukan dalam meraih kesuksesan di bidang karirnya masing-masing . Pada tulisan yang saya buat ini akan menjelaskan beberapa faktor penghambat, terlebih khususnya calon pelamar pekerjaan yang saat ini masih terhambat terhadap di dunia karirnya dalam mencapai suatu kesuksesan di tempat kerjanya, dan mengapa mereka masih menghadapi tantangan yang sangat signifikan?

Pembukaan

Karir di dalam suatu tempat kerja telah menjadi perhatian utama para agenda pelamar pekerja yang datang berbondong-bondong untuk melamar pekerjaan. Meskipun ada peningkatan kesadaran, bahwasanya masih lapangan pekerjaan yang belum terbangun untuk mencukupi kebutuhan finansial, salah satunya dalam menghadapi kendala dalam mencapai keberhasilan dalam karir profesional mereka. 

Salah satu contoh kasus yaitu, pada kasus HRD yang sombong dan menolak salah satu lamaran pekerjaan. Pasalnya, seorang pelamar tersebut ditolak dengan kalimat yang cukup pedas dari HRD kantor yang ia lamar tersebut dengan kepedihan sebanyak dua kali lipat. Kisah sedih pelamar kerja ini diungkap oleh sebuah akun Twitter @hrdbacot (7/7/2020). Awal mulanya, si pelamar berniat mendaftar di sebuah perusahaan Informatika dan Teknologi (IT). Pelamar sudah mempersiapkan diri dengan ijazah bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan persyaratan. Hanya saja, pelamar itu menyadari bahwa ada satu persyaratan yang belum sesuai yaitu pengalaman kerja minimal lima tahun. Pelamar pun nekat melamar dan mengirim berkas ke perusahaan tersebut, akan tetapi balasan yang si pelamar dapatkan dari HRD perusahaan IT itu membuatnya terkejut. Dalam foto tangkapan layar email yang diterima oleh pelamar, si HRD menuliskan dua kalimat penolakan dengan cara yang tidak formal layaknya perwakilan dari sebuah perusahaan. "Ini kamu tidak baca seksama, ya minimal requirement yang diminta? Memang ignorance atau iseng saja coba-coba?" tulis HRD dalam sebuah email tersebut. Sontak saja balasan itu membuat si pelamar tak habis pikir. "Jujur sedih, kalau ditolak kenapa tidak pakai format penolakan saja?. Tapi aku tahu sih, aku salah karena belum memenuhi syarat, cuma kan namanya usaha," curhat pelamar tersebut pada sebuah admin akun Twitter @hrdbacot, sang pelamar tersebut mengaku baru kali ini merasakan kesakitan hati pada saat ditolak di sebuah perusahaan. 

Beberapa waktu kemudian, di sebuah akun Twitter @hrdbacot menemukan sebuah pesan bahwa di dalam pesan penolakan tersebut menggunakan intonasi nada yang sangat kasar. Tidak hanya diterima oleh pelamar tersebut, beberapa pelamar lain juga mengalami hal serupa dari oknum HRD yang diduga berasal dari satu perusahaan yang sama. Beberapa pesan penolakan dari oknum HRD tersebut bahkan menggunakan intonasi nada yang merendahkan si pelamar tersebut. "Wish you segera dapat kerjaan ya kid, supaya tidak menjadi sampah masyarakat," bunyi salah satu pesan penolakan lain yang dikirim oleh oknum HRD tersebut. Yang lebih mengejutkan, oknum HRD tersebut mengunggah kekesalan para pelamar yang ditolaknya lewat akun Instagramnya. "Kandidat yang marah karena enggak gue panggil interview. This is why? I love my job," tulis caption dalam unggahannya dengan menyematkan emotikon tertawa. Sontak saja tingkah oknum HRD tersebut sombong dan menuai reaksi dari warganet."Asli, enggak profesional banget jawabnya. Itu di email lho. Terekam. Kok bisa-bisanya sepede itu," ulas para komentar warganet.

Dari kasus ini, banyak beberapa faktor yang menjadi hambatan bagi para pelamar pekerja dalam meraih keberhasilan untuk karir dimasa yang akan datang dan hal tersebut sangat berkaitan dengan Stereotip Gender (kesetaraan gender). Tantangan para pelamar dalam menciptakan di dunia pekerjaan serta kehidupannya, sekurang-kurangnya perlu ada dukungan yang lebih, bahkan di zaman pada saat ini diskriminasi dan ketimpangan upah tidak disamaratakan dengan seorang yang kurang memiliki karir dibandingkan memiliki banyak karir.

Pembahasan

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi ketidakmerataan lapangan pekerjaan khususnya para calon pekerja baru kiat dalam karir profesional, yaitu adalah stereotip gender (kesetaraan gender) yang masih melekat dalam masyarakat. Kesetaran ini menciptakan harapan dan persepsi yang tidak adil terhadap perempuan di tempat kerja. Persepsi bahwa perempuan lebih cocok untuk peran-peran yang terkait dengan perawatan ataupun mendidik, seperti merawat anak dengan mengajari beberapa hal kepada sang anak dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel dan lain sebagainya, yang sering kali mengarah pada penilaian yang tidak adil terhadap kemampuan dan kompetensi perempuan dalam lingkungan kerja. Kesetaraan ini dapat menghambat kesempatan perempuan untuk memperoleh posisi kepemimpinan dan kesempatan pengembangan karir yang sama.

Begitu juga seperti halnya kepada pria. Dalam hal ini gender pria lebih sulit menemukan pekerjaannya dibandingkan dengan wanita. Pria lebih berat tugasnya karena memiliki pedoman untuk merangkai kehidupan secara nyata terhadap dunia luar, dengan membangun potensi finansialnya untuk mencukupi kehidupannya dimasa yang akan datang. Hal ini berpotensi menimbulkan penyimpangan serta perbincangan di jagat dunia maya. Seperti persoalan yang sudah dipaparkan dalam kutipan diatas bahwasanya karir adalah menentukan segalanya, dan jenjang pendidikan tidak diutamakan dalam potensi yang mereka dapatkan. Mungkin dalam hal ini sekurang-kurangnya karir, kita masih memiliki soft skill yang kita sudah peroleh, jangan seharusnya semua di samaratakan dalam jenjang dunia kerja. Dalam hal ini, PT seharusnya memiliki program sesuai dengan peningkatan jenjang karir, semua orang butuh pekerjaan, akan tetapi jangan dipersulit dengan suatu keadaan. Jadikanlah sebuah moment of true di dalam sebuah pekerjaan, dan tidak ada perbedaan yang mendasari untuk memiliki suatu pekerjaan. 

Dalam hal ini, sekurang-kurangnya upah yang mereka dapatkan, asalkan bisa mencukupi kebutuhannya. Kita lihat dulu suatu prosesnya, dan jangan dilihat sekali-dua kali saja, akan tetapi lihat performa untuk kedepannya, apakah bisa terjamin ataupun tidak?. Hal ini didalam PT jangan dilandaskan dalam sebuah ketakutan yang ada seperti halnya tidak bisa menggaji karyawan. Dalam hal ini siapa yang salah? kita lihat dari sisi Realitanya, kalau PT tidak bisa menggaji karyawannya, maka yang salah adalah kepala PT nya, mengapa seperti itu? karena tidak ada kepengawasan secara ketat, mereka hanya mau mementingkan sendiri untuk mensejahterakan pribadi bukan untuk kepentingan yang lainnya. Banyak PT yang terjerat dalam kasus korupsi, mereka tidak sadar bahwasanya di negeri kita ini yaitu Indonesia masih kurang dalam peningkatan Ekonomi, malah justru menimbulkan suatu inflasi yang dikarenakan lapangan pekerjaan yang tidak memadai ataupun lapangan pekerjaan yang depannya bagus, tapi didalamnya busuk.

Dalam hal ini, para wanita sering kali menghadapi kesulitan dalam mendapatkan kesempatan pengembangan karir yang sama dengan para pria. Sekurang-kurangnya program pengembangan khusus untuk hal itu dapat menghambat kemajuan mereka. Selain itu, sekurang-kurangnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional juga dapat membuat mereka kesulitan dalam mengambil kesempatan pengembangan karir yang memerlukan komitmen dan tambahan waktu .

Opini saya pribadi dalam permasalahan ini adalah, para calon pekerja masih menghadapi sejumlah kendala dalam mencapai kesuksesan dalam karir profesional mereka. Kesetaraan yang masih ada, tantangan keselarasan pekerjaan dan kehidupan, serta diskriminasi ataupun penyimpangan dalam hal upah dan kesempatan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan mereka di suatu lapangan pekerjaan yang ingin mereka raihkan. 

Dalam hal ini, untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan setara di tempat kerja, diperlukan upaya bersama dari masyarakat, organisasi, dan individu untuk mengatasi kendala-kendala ini dan memastikan bahwa merekalah (calon pekerja) memiliki kesempatan yang adil untuk meraih keberhasilan dalam karir profesional mereka. Penting untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan menciptakan lingkungan yang inklusif di tempat kerja untuk dapat membantu mengatasi kendala-kendala ini dan memperluas peluang karir mereka. Seperti yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 28D ayat 2 yang berbunyi " setiap orang berhak bekerja dan mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun