Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Maulid dan Tradisi Arab-Islam di Indonesia

8 November 2019   07:51 Diperbarui: 9 November 2019   05:58 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan maulid, tentu saja praktik yang mentradisi dalam masyarakat Muslim di seluruh dunia, yang kemudian hendak dihilangkan oleh kelompok Muslim modernis yang muncul di akhir abad ke-19.

Kaptein menjelaskan bahwa maulid merupakan praktik kebaktian yang tersebar di seluruh dunia Muslim, yaitu membaca teks non-liturgis kehidupan agung Nabi Muhammad saw, dibaca dalam bahasa Arab, sekalipun para pembacanya mengerti bahasa Arab. 

Teks yang dibaca tentu saja menyangkut biografi sang Nabi, kehidupannya dari sejak dilahirkan hingga dewasa, lalu menikah dengan Siti Khadijah ra, mendapat wahyu hingga perjalanan mi'raj dirinya ke Sidratul Muntaha menemui Tuhan.

Teks-teks maulid terdiri dalam berbagai episode kehidupan Nabi. Salah satu teks yang paling masyhur di Indonesia adalah Maulid al-Barjanzi yang sebenarnya berasal dari bahasa Swahili yang kemudian versinya dalam bahasa Arab populer di wilayah Arabia bagian Selatan, India, Afrika, dan Asia Tenggara. 

Kitab ini menjadi perhatian para filolog dan pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Jan Knappert dalam karyanya "Swahili Islamic Poetry" (1971). 

Hasil terjemahan ini kemudian menjadi sumber penelitian banyak pihak mengenai kesusastraan Arab modern, mengingat Barjanzi merupakan catatan sejarah Nabi yang berbentuk puisi.

Di Indonesia, pembacaan teks maulid tidak selalu dalam konteks bulan Rabi'ul Awwal, bulan dimana Nabi Muhammad dilahirkan, tetapi peristiwa seperti Isra dan Mi'raj (nocturnal journey) juga kerap diseremonialkan dengan dibacakan teks maulid didalamnya. 

Tradisi ini bahkan semakin memperluas, mengisi ruang-ruang tradisi partikularistik keagamaan dalam masyarakat Indonesia, seperti merayakan kelahiran bayi dalam keluarga Muslim dengan seremonial cukur rambut, acara khitanan (circumcision), pesta pernikahan, bahkan acara kematian, pembacaan teks maulid seringkali diperdengarkan.

Terpisah dari berbagai aktivitas tradisi ini, pembacaan maulid juga dilakukan ketika pergantian hari---ini biasanya dalam tradisi Jawa---dimana setiap malam Kamis atau kapanpun ketika terdapat peristiwa-peristiwa tertentu yang secara tradisi istimewa, teks maulid dibacakan. 

Barangkali, teks maulid dengan gaya prosa yang paling awal, ditulis oleh Ibnu Hajar al-Haitami (1503-1566), ulama hadis asal Mesir yang cukup populer di kalangan pesantren di Indonesia melalui kitabnya, "al-Ni'mat al-Kubra 'ala al-'Alam fi Maulidi Sayyid Waladi Adam" yang menceritakan biografi Nabi melalui berbagai atsar dari para sahabat-sahabatnya.

Istilah "maulid" (bahasa Arab) dengan berbagai variannya, mevlit, mevlut, maulud, malid, milad, atau molid, merupakan sebutan untuk peristiwa perayaan---biasanya memperingati kelahiran Nabi Muhammad yang khusus dinamakan "maulid nabi"---yang dapat ditemukan di seluruh wilayah Muslim dari mulai kawasan Pantai Atlantik di Afrika hingga ke Indonesia sampai ke wilayah selatan di Filipina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun