Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masjid Kapal dan Simbol "Segitiga" yang Viral

15 Juni 2019   10:30 Diperbarui: 15 Juni 2019   16:06 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Gus Atha di Masjid Kapal/Dok.Pri

Beberapa waktu yang lalu, viral sebuah masjid di salah satu Rest Area Tol Cipularang yang disebut-sebut dirancang mengikuti simbol segitiga Illuminati milik Yahudi. Masjid al-Safar yang dirancang oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil kemudian sempat heboh di media sosial, karena mihrabnya seolah menggambarkan simbol-simbol Yahudi tersebut. 

Namun, Ridwan Kamil membantah membuat disain itu seolah mengikuti simbol illuminati, sebab menurutnya, ia membuat gerbang mihrab masjid tersebut berbentuk trapesium dengan empat sudutnya, bukan segitiga sebagaimana yang dituduhkan kepadanya. Padahal, masjid bagaimanapun bentuknya merupakan media transenden yang sakral, sebab didalamnya disebutkan nama Allah dengan mensucikan nama-Nya.

Harus diakui, belakangan rentan terjadi kecurigaan beberapa pihak yang mungkin saja terkait erat dengan konflik politik, sehingga imbasnya terasa dalam hal-hal yang terkait simbolisasi keagamaan. 

Sebelum viralnya kasus masjid segitiga ini, masjid raya KH Hasyim Asy'ari yang dibangun pemprov DKI Jakarta dengan anggaran 164 milyar, dituduh berdisain salib dan menjadi pertanyaan banyak pihak. 

Masjid yang dibangun atas inisiasi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama ini, sempat menimbulkan kecurigaan banyak pihak, karena kental sekali dengan nuansa politik didalamnya. 

Namun, bagi mereka yang telah datang sendiri dan menyaksikan seluruh sudut di ruangan masjid tersebut, tentu akan memiliki kesan berbeda dengan kabar yang tersiar di media sosial.

Politik, seolah telah membangkitkan fanatisme berlebihan dalam banyak hal, bahkan berbagai tuduhan negatif tak sedikit diarahkan kepada rivalitas politiknya. Padahal, tempat ibadah dimanapun dan bagaimanapun bentuknya, merupakan Rumah Tuhan, yang pasti didalamnya disebut nama-Nya dan mereka yang datang serta melakukan kebaktian, tentu saja bertujuan untuk mengagungkan dan mensucikan nama-Nya. 

Hal ini jelas, ketika salah satu ayat Alquran menyindir, "Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah" (QS. Al-Hajj: 40).

Sekalipun agama identik dengan simbol, namun dalam konteks rumah ibadah, simbolisasi seharusnya tidak dikaitkan dengan perbedaan teologis. Jika kita melihat arsitektur lama Masjid Nabawi di Madinah, banyak ornamen-ornamen yang bernuansa Barat, bahkan lukisan-lukisan yang mungkin saja mengadopsi dari gaya disain Barat terukir indah di beberapa sudut dinding masjid. 

Belum lagi lampu-lampu gantung yang jauh dari kesan Timur Tengah dan hal itu jelas menambah keindahan bagi siapapun yang memandangnya dan kesan klasik jelas menuntun kita pada nuansa historis, soal siapa yang membangun dan memugar bangunan arsitektur masjid tersebut.

Bersama Gus Atha di Masjid Kapal/Dok.Pri
Bersama Gus Atha di Masjid Kapal/Dok.Pri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun