Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Gila, Politik, dan Agama

12 Februari 2019   11:44 Diperbarui: 12 Februari 2019   12:08 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak heran rasanya, ketika seorang ulama Ali bin Abdillah as-Samarqand sebagaimana dikutip dalam kitab "Uqalaa' al-Majaaniin" mengatakan, "man 'arafa nafsahu kaana 'inda an-naas dzaliilan wa man 'arafa rabbahu kaana 'inda an-naas majnuunan" (orang yang mengenal dirinya sendiri seringkali direndahkan dan orang yang mengenal Tuhannya seringkali dianggap kegilaan). 

Rasanya tepat ketika ada adagium yang terkenal, "Sing waras ojo ngalah" yang dipopulerkan seorang ulama kenamaan dari Jawa Tengah, mengingat betapa sudah semakin parahnya kegilaan di negeri ini, sehingga mereka dengan sengaja dan sadar justru merendahkan, mencaci-maki, dan secara terang-terangan menuduh orang yang akalnya waras dengan kegilaan mereka sendiri.

Kegilaan mungkin saja terjadi karena kekuasaan yang takut tergusur, lalu siapa saja orang-orang yang dianggap menghalanginya harus siap-siap berhadapan dengan hukum yang mereka buat sendiri. Preferensi hukum dibuat sedemikian rupa untuk menjerat "orang-orang gila" dalam persepsi para penguasa yang memang pada kenyataannya mereka juga gila dalam hal kekuasaan. 

Disisi lain, para oposisi juga membuat kegilaan yang sama, menuduh, mencaci-maki, merendahkan, dan berbuat semaunya sesuai dengan nafsu berkuasa atas diri mereka sendiri. Bahkan yang menggelikan, ada orang-orang gila yang dipersepsikan oleh para penguasa sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam melakukan serangkaian kegiatan teror yang dialami para kiai atau ulama.

Saya pada akhirnya meyakini, bahwa sesungguhnya definisi gila tak selalu identik dalam artian fisik dimana seseorang memang tengah sakit atau terganggu secara psikologis. Sebutan "orang gila" dalam konteks sosial-politik dan agama jelas mereka yang berkecenderungan terhadap apapun yang bersifat materi: kekuasaan, uang, kemewahan, jabatan, dan lainnya dan mereka justru sangat bergantung dan menyandarkan seluruh hidupnya untuk hal-hal yang berdimensi materi. 

Ah, ternyata mereka yang sibuk copras-capres dengan berbagai kegilaannya selama ini dengan menghalalkan segala macam cara demi kemenangan kubu politiknya, tak ubahnya orang-orang gila yang juga menuduh sesamanya sebagai orang gila pula. Mari berpikir waras dan jauhi kegilaan!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun