Jadi, jika dikatakan bahwa Pilpres 2019 kali dipenuhi oleh beragam konten politisasi agama ternyata benar adanya, dimana kedua kubu yang berkompetisi jelas memanfaatkan celah keagamaan untuk diisinya dengan tradisi politik kekuasaan.Â
Saya kira, Mbah Moen dengan ketulusan dan keikhlasannya tentu saja berdoa untuk seluruh kemenangan bangsa Indonesia, bukan untuk kemenangan salah satu diantara kandidat politik.Â
Kemenangan seluruh bangsa Indonesia berarti, bangsa ini tak akan pernah menjadi pecundang yang senang dimanfaatkan, karena mereka senang memberi manfaat kepada bangsa lain.
Kesan Pilpres 2019 sebagai kompetisi politik yang banyak menggunakan agama sebagai alat politik, seolah sulit dihindarkan. Tak hanya agama yang dipolitisir untuk kepentingan-kepentingan sesaat, termasuk para pemuka agamanya yang terus menerus dilibatkan dalam kancah pertarungan politik yang penuh kedengkian dan kebencian.Â
Tak ada lagi kesan ulama yang "netral" dalam kontestasi politik, karena kenyataan mereka yang terus diklaim oleh para politisi dan mereka yang berkompetisi  sebagai ulama-ulama yang mendukung mereka.Â
Kenyataan ini semakin jelas membawa preseden buruk bagi kedudukan para ulama di mata masyarakat yang pada akhirnya mereka sekadar dimanfaatkan untuk kepentingan perolehan suara yang disandingkan bersama mereka dalam suatu perkumpulan, dimana para ulama diminta berdoa sesuai keinginan mereka. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H