Menempatkan Gerung sebagai akademisi yang "menyesatkan" lewat pembangunan narasi filosofisnya yang memang menohok kekuasaan tanpa melepaskan diri dari cara pandang kepolitikan, justru terkesan tampak naif.Â
Bagi saya, tahun politik jelas berdampak pada relasi kritis para oposan dalam berbagai bentuknya kerap kali disandera bahkan dijegal melalui upaya-upaya kekuatan politik tertentu---untuk tidak menyebut adanya praktik kriminalisasi.Â
Jika Gerung lantang menarasikan argumentasinya yang bertentangan dengan mainstream dan memposisikan dirinya sebagai pihak oposan, lalu dihalang-halangi atau dipersekusi secara akademik maupun politik, jelas ini bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
Politik akal sehat Gerung yang bernada kritis bahkan tampak provokatif, memang seringkali dipandang berbahaya oleh pihak penguasa atau mereka yang memiliki kecenderungan politik pro penguasa.Â
Sekalipun dalam konteks politik, penggunaan akal sehat tentu saja tidak tepat, karena politik sesungguhnya adalah kepentingan yang seringkali tak dipandu akal sehat karena kepentingan tentu saja lebih banyak dipraktikkan secara emosional melalui penyusunan strategi-strategi tertentu yang tak berpijak secara substantif pada nalar.Â
Gerungisme tentu saja diposisikan sebagai "anti-mainstream" bahkan dianggap melawan arus besar kekuatan politik tertentu, sehingga wajar jika ada sebagian anggapan bahwa apa yang disampaikannya hanya sampah, tak bermanfaat dan harus dibuang jauh-jauh agar tak lagi "dipungut" oleh masyarakat pengaisnya.
Saya bukan pengagum Gerung dan tidak berada dalam barisan Gerungisme yang belakangan fenomenal secara politik. Bukan hak saya menilai Gerung seperti apa dan berpihak kemana, karena sejauh ini yang muncul di ranah publik tak lebih dari sekadar asumsi-asumsi politik yang "berkecenderungan" bukan penilaian atas realitas akademis yang berasal dari belakang batok kepala mereka.Â
Mungkin kalangan golput tak peduli dengan kenyataan politik yang cenderung partisan atau jatuh dalam kubangan "fanatisan", karena siapapun berhak atas kebebasannya berpikir, bertindak, berprilaku dan masing-masing bertanggungjawab terhadap apa yang diperbuatnya, murni tanpa pretensi kepolitikan apapun dibelakangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H