Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Haji Itu "Istitho'ah", Bukan Sekadar Ibadah

15 Desember 2018   17:12 Diperbarui: 20 Februari 2019   14:44 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jemaah haji mengeliling Ka'bah di Mekkah, Saudi Arabia.(Associated Press/Mosaab Elshamy)

Haji menjadi suatu rangkaian manasik (ritual) bersifat fisik sehingga perlu kesiapan sedini mungkin. Tak hanya soal bekal keuangan yang cukup, tetapi kesehatan mental dan fisik bagi setiap orang yang akan menunaikan ibadah ini merupakan persyaratan dalam istitho'ah haji.

Perjalanan yang cukup lama dan masa tinggal yang relatif panjang di Arab Saudi, membedakan ziarah ke Tanah Suci ini dari berbagai ibadah wajib lainnya yang dibebankan kepada setiap muslim. 

Jika ritualitas seperti salat, puasa, atau zakat, didorong oleh kesadaran keagamaan yang kuat, maka dalam haji masih belum cukup, karena harus ditambah "istitho'ah" sebagai prasyarat utama kesempurnaan beribadah.

Konsekuensi dari persiapan ibadah haji yang paling penting adalah kemampuan setiap jamaah dalam menyelesaikan seluruh pembiayaannya (finansial). Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tentu saja syarat utama yang harus dipersiapkan sedini mungkin oleh setiap calon jamaah haji.

BPIH tentu saja bervariasi, tergantung dari pembagian zona wilayah keberangkatan. Untuk mendapatkan porsi dan masuk ke dalam daftar antrian haji, setiap jamaah harus sudah memenuhi persyaratan dengan membuka rekening tabungan haji dengan jumlah nominal tertentu. 

Setiap jamaah dapat membuka rekening tabungan haji di berbagai bank syariah yang ditunjuk pemerintah, termasuk di antaranya Bank Danamon Syariah yang akan memfasilitasi proses persiapan finansial para jamaah.

Nilai nominal sebagai persyaratan masuk dalam daftar antrean haji ditentukan sebesar Rp 25 juta, di mana untuk pelunasannya dapat disesuaikan setelah diperoleh kepastian soal tahun keberangkatannya.

Masa tunggu keberangkatan juga bervariasi, tergantung dari jumlah kuota jamaah di setiap daerah. Untuk mereka yang mendaftarkan diri di tahun 2018 ini, kemungkinan masa tunggunya 11 hingga 30 tahun walaupun hal tersebut masih bersifat fluktuatif, bisa maju atau mundur disesuaikan dengan beragam kondisi dan tentu saja terkait erat dengan besaran kuota haji yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi.

Masa tunggu yang cukup lama, memungkinkan setiap calon jamaah untuk mempersiapkan diri lebih dini, baik dalam hal kesiapan finansial maupun kesehatan. 

Suasana thawaf di Ka'bah/Dok.Pri,Haji2018
Suasana thawaf di Ka'bah/Dok.Pri,Haji2018
Bank Danamon Syariah memiliki dua produk utama yang akan membantu setiap jamaah dalam mewujudkan niat berhaji, yaitu Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH) dan Tabungan Rencana Haji iB.

Produk yang disebutkan pertama, merupakan tabungan dengan prinsip Syariah titipan (Wadiah) dan terkoneksi dalam Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) dengan setoran awal Rp 25 juta sebagai syarat perolehan nomor porsi keberangkatan jamaah.

Sedangkan produk yang kedua merupakan tabungan rencana haji dengan model syariah menggunakan prinsip "bagi hasil" (mudharabah) yang memungkinkan setiap jamaah mencicil jumlah setorannya sesuai kemampuan. 

Produk kedua Danamon Syariah ini cukup menarik, karena dapat membantu setiap jamaah mewujudkan impiannya untuk berhaji ke Tanah Suci dengan tanpa dibebani setoran awal yang relatif besar.

Proses persiapan naik haji antara Laki-laki dan Perempuan
Dari seluruh ibadah ritual yang diwajibkan kepada setiap muslim, hanya haji yang memberlakukan syarat istitho'ah, mengingat haji lebih mengutamakan kesiapan fisik. Bisa jadi, tak semua muslim "mampu" memenuhi persyaratannya.

Karenanya, selain persiapan finansial, setiap calon jamaah harus sedini mungkin memperhatikan kesehatan fisiknya, bahkan sedari masa persiapan (manasik, menyiapkan dokumen, dll). 

Terlebih pemerintah telah memberlakukan persyaratan istitho'ah kesehatan secara lebih ketat sejak tahun 2016 lalu. Hal tersebut ditetapkan demi mengurangi risiko kecelakaan atau kematian.

Maka dari itu, setiap calon jamaah haji harus melalui serangkaian tes kesehatan secara menyeluruh untuk memastikan kondisi fisik yang layak untuk mengikuti seluruh rangkaian ibadah haji. 

Kebijakan ini ditetapkan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi risiko kematian jamaah di setiap musim haji yang angkanya cenderung meningkat.

Selain itu, strategi lain guna mengurangi risiko kecelakaan dan kematian ialah dengan menjamin setiap anggota keluarga yang berusia lanjut ditemani oleh anggota keluarga lainnya. 

Misalkan, apabila ibu dan anak tercatat memiliki tanggal keberangkatan berbeda, maka keduanya dapat berangkat di tahun yang sama cukup menunjukkan dokumen resmi yang menyatakan keduanya memiliki ikatan keluarga.

Persiapan jamaah haji di bandara Soeta/Dok.Pri, Haji2018
Persiapan jamaah haji di bandara Soeta/Dok.Pri, Haji2018
Selain mempersiapkan kesehatan, ada beberapa perbedaan yang harus diperhatikan mengenai kesiapan khusus jamaah haji laki-laki dan perempuan.

Jamaah haji laki-laki dimungkinkan untuk berhaji tanpa pendamping --kecuali sudah lansia atau memiliki kondisi fisik khusus. Sedangkan jamaah haji perempuan disarankan untuk berangkat disertai oleh mahram (pendamping). 

Mahram dalam konteks keagamaan berarti "pelindung" yang bertanggung jawab terhadap seluruh keselamatan perempuan dalam suatu perjalanan.

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, demi kemudahan prosesi berhaji, seorang perempuan dimungkinkan untuk berhaji tanpa mahram-nya. Hal ini dimungkinkan karena seluruh jamaah haji telah dijamin keamanannya, lantaran sudah mendapatkan pengawasan dan perlindungan langsung dari pemerintah.

Setelah mengetahui perbedaan persiapan jamaah haji laki-laki dan perempuan dari sisi kesiapan fisik, mari beranjak ke sisi pakaian. 

Penting untuk diketahui secara rinci bahwa setiap jamaah haji laki-laki harus berpakaian ihram--dengan dua lembar kain tak berjahit-- sedangkan untuk jamaah haji perempuan diwajibkan berpakaian menutup seluruh tubuh. Hanya muka dan telapak tangan yang boleh terlihat.

Ketika sedang ber-ihram, seseorang diharapkan tidak melakukan perbuatan-perbuatan buruk, seperti berkata kasar, berbuat maksiat, dan berdebat yang tidak manfaat. 

Ihram juga mewajibkan setiap jamaah haji laki-laki untuk tidak menggunakan penutup kepala dan alas kaki yang menutup mata kaki. Sementara itu jamaah haji perempuan tak diperbolehkan mengenakan cadar atau niqab.

Dengan tak mengenakan cadar/niqab, nilai-nilai kesetaraan sosial dalam seluruh rangkaian ritual haji tampak terasa di Tanah Suci. 

Bagi saya, nilai egalitarianisme haji justru wujud paling nyata dari seluruh aktualisasi ibadah, di mana manusia sebagai "hamba" ('abd) adalah setara, tanpa dibedakan oleh hal apapun kecuali hanya nilai ketakwaan yang dipersembahkannya kepada Tuhan.

Nabi Muhammad pernah bersabda, "Khudzuu 'anni manaasikakum" yang artinya "Ambilah 'yang mudah bagimu' tata cara beribadah haji dariku". Hal ini memungkinkan, bahwa seluruh rangkaian ibadah haji pada akhirnya dapat disesuaikan dengan kemampuan (istitho'ah) setiap orang. 

Bagi jamaah haji perempuan, sabda ini memungkinkan perempuan menjalankan seluruh ritual haji sekalipun dalam kondisi haid atau nifas, kecuali untuk tawaf (ritual mengelilingi Ka'bah).

Tawaf memang identik dengan salat, sehingga terlarang bagi perempuan yang dalam keadaan tidak suci, namun hal ini dapat digantikan di waktu lainnya setelah perempuan terbebas dari kondisi haid maupun nifas. 

Meski demikian, jamaah haji perempuan yang sedang dalam keadaan hamil masih dinilai terlalu berisiko sehingga harus menunda keberangkatan di tahun berikutnya.

Kaum hawa memang diistimewakan dalam banyak hal terkait pelaksanaan manasik haji, bahkan pernah Nabi Muhammad ketika ditanya mengenai status haji mereka.

Beliau menyebut bahwa haji dan umrah bagi setiap perempuan muslim setara dengan jihad---suatu entitas yang berkonotasi nilai perjuangan agama yang bernilai luhur di mata Tuhan. Hal ini dikarenakan medan berhaji pada masa lalu yang harus melewati padang tandus, hutan, lautan, gunung, dan sebagainya.

Mantapkan Persiapan
Meski secara spesifik memiliki seluk beluk persiapan yang berbeda, baik perempuan dan laki-laki sama-sama harus memenuhi unsur istitho'ah. 

Pasalnya, beribadah haji sesungguhnya ternyata tak sekadar ibadah wajib, tetapi juga perlu memenuhi kriteria keimanan dan ketundukan. Apalagi medannya cukup berat, dalam rangka napak tilas perjalanan para nabi. Rangkaiannya seakan memberikan gambaran perjalanan manusia dari mulai hidup sampai mati.

Entitas Ka'bah sebagai "simbol Ketuhanan" seakan memiliki daya tarik bagi setiap orang untuk kembali kepada-Nya, kepada entitas Tertinggi Yang Maha Agung. Hal ini berkonotasi akan kesadaran Ketuhanan yang harus hadir pada diri setiap orang, di mana mereka adalah sepenuhnya milik Tuhan dan pasti pada akhirnya akan dikembalikan kepada-Nya. 

Baik perempuan maupun laki-laki, jika tidak mampu bersiap fisik, mintalah bimbingan kepada orang yang lebih mampu dan cakap. 

Bahkan dalam haji maupun umrah berlaku "badal" (menggantikan orang lain) dikarenakan terdapat syarat-syarat tertentu yang belum terpenuhi atau mungkin karena seseorang itu meninggal dunia sebelum selesai ritual hajinya. 

Dengan istitho'ah ternyata berhaji menjadi lebih mudah, bahkan memungkinkan untuk digantikan karena situasi force majeur di kala berhaji.

Suasana jamaah haji di Muzdalifah/Dok.Pri, Haji2018
Suasana jamaah haji di Muzdalifah/Dok.Pri, Haji2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun