Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wajar Jika Amien Rais "Jewer" Haedar Nasir dan Muhammadiyah

21 November 2018   12:39 Diperbarui: 21 November 2018   12:46 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tudingan itu seharusnya tak ditujukan kepada Amien, karena sikap Amien dalam memberikan dukungan politik dan mengajak serta organisasi yang membesarkannya untuk melakukan hal yang sama, jelas merupakan pembelajaran bagi demokrasi dan sangat wajar dalam konteks menyikapi setiap perubahan dalam dinamika politik. 

Amien jelas memahami bagaimana membedakan ranah politik yang seharusnya menjadi wilayah parpol dan mana ranah sosial-keagamaan yang memang menjadi bagian dari ormas. Jika dukungan dalam hal pemilihan legislatif, jelas itu diserahkan kepada masing-masing kader, karena parpol cerminan seluruh kekuatan politik yang ada, tidak tunggal seperti halnya dalam Pilpres. Itulah kenapa, Amien sangat memahami jika Pileg yang berorientasi parpol berbeda-beda, namun tak dapat disamakan ketika Pilpres hanya memilih satu dari dua kanidat yang ada.

Marilah dewasa dalam berpolitik, tak perlu mengkait-kaitkan dengan adanya soal pelanggaran garis keorganisasian yang terimplementasikan dalam istilah "khittah". Sejauh ini, setiap ormas berhak secara lansung berpartisipasi dalam hal politik, baik mendukung, netral, bahkan menolak untuk tidak memilih salah satu kandidat sekalipun. 

Justru ketika hanya menyerahkan kepada para kader, tak juga dianggap bahwa suatu ormas itu "netral" dalam hal politik. Justru jika ini dibiarkan, akan berdampak pada arus bawah yang pada akhirnya merasa terombang-ambing tanpa kejelasan dalam soal menentukan pilihan politik. Bukan tidak mungkin, bisa saja timbul perpecahan di arus bawah, karena ormas yang menjadi afiliasinya "membiarkan" para kadernya menentukan sendiri pilihan politik mereka dan ini rentan dimanfaatkan pihak lain untuk memprovokasi pilihan politik mereka.

NU sebagai ormas sosial-keagamaan bahkan telah lebih dulu secara organisatoris---sebagaimana dilihat dari berbagai dukungan pada tingkat lokal---untuk memberikan dukungan politik kepada tokohnya yang saat ini beruntung menjadi salah satu kontestan politik. Sangat disayangkan jika ormas sebesar NU "membiarkan" warganya untuk "netral" dalam menentukan pilihan politiknya. 

Mendukung salah satu kandidat menjadi bagian penting dari khittah NU, karena NU tak mau kehilangan jutaan suaranya yang terombang-ambing bahkan mungkin menjadi rebutan pihak lain yang sedang berkontestasi. 

Saya kira, Muhammadiyah sebagaimana diharapkan Amien Rais, sudah semestinya tak ketinggalan, ikut berpartisipasi secara demokratis, memberikan dukungan resminya kepada salah satu kandidat sebagai bentuk partisipasi politik tanpa harus melanggar khittah keorganisasiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun