Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kreativitas Politik Fadli Zon dalam Lagu "Potong Bebek"

19 September 2018   14:57 Diperbarui: 19 September 2018   15:24 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nasional.kompas.com

Nama Fadli Zon sebagai pendukung Prabowo dikenal luas masyarakat, bahkan setiap cuitannya yang mengulas dan membahas soal isu-isu politik kekinian, mendapat tanggapan sedemikian banyak dari masyarakat.

Bagi saya, sosok wakil ketua DPR ini adalah pribadi yang kreatif, melalui daya imajinernya sanggup mengolah hal-hal biasa menjadi luar biasa. Lagu "potong bebek" yang memang populer sebetulnya biasa, namun tiba-tiba menjadi luar biasa ditangan kreativitas jari-jari Fadli Zon. 

Saya sarankan, bagi mereka yang kontra mampu mengimbangi kreativitas ini dengan hal serupa, dapat menggunakan parodi syair lagu atau membuat lagu sendiri. Lagu anak-anak ini bahkan serasa terdongkrak popularitasnya saat ini, bahkan melampaui lagu "sms"-nya Ria Amelia yang popularitasnya tak terbendung, dari mulai anak bau kencur sampai aki-aki yang sudah uzur.

Kreativitas Fadli Zon yang merubah lirik lagu. "Potong Bebek" demi tujuan pendidikan politik dan penyadaran politik masyarakat melalui kritik, semestinya tidak dianggap "merusak". Terlebih ia tidak sedang berbisnis sebagaimana yang dilakukan kelompok band parodi Teamlo yang terkenal. Lha wong, Teamlo saja yang jelas-jelas "merusak" banyak lirik lagu populer demi tujuan hiburan dan bisnis saja tak pernah dipersoalkan publik. Jadi, jadikanlah ajang politik saat ini sebagai ajang kreativitas, sebagaimana Pak Jokowi menggemparkan rakyat Indonesia dengan aksi motornya---walaupun dengan stuntman---pada saat perhelatan Asian Games beberapa waktu lalu. Lalu, apakah aksi ini banyak yang nyinyir? Ya tentu saja, karena apa yang dilakukan Pak Jokowi merupakan aksi "kreativitas politik" sebagaimana anggapan para lawan politiknya.

Marilah kita bangun bangsa ini melalui kritik membangun, melalui penyadaran berpolitik secara positif dan edukatif. Masyarakat harus memiliki kesadaran sekaligus pendidikan politik yang baik dengan cara tidak alergi terhadap berbagai kritik, tetapi melihatnya sebagai bagian dari kekurangan yang semestinya terus diperbaiki.

 Kritik merupakan prasyarat menguatnya masyarakat demokratis, lain halnya dengan hinaan, umpatan, atau fitnahan yang merugikan psikologis seseorang bahkan merusak citra seluruh bangsa jelas akan merusak sendi-sendi demokrasi itu sendiri. 

Menghargai setiap kritik adalah ciri pribadi yang waras dan cerdas, menolaknya atau bahkan tak siap menerima kritik, bukti dari ketidakwarasan, kedengkian, bahkan kekerdilan dalam berpolitik. Salam kritik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun