Sudah lebih dari sepekan saya berada di Mekkah, Arab Saudi menjadi bagian dari ratusan ribu jamaah haji Indonesia. Hampir dipastikan, Mekkah setiap harinya terus dipadati jamaah haji seluruh dunia yang mulai berdatangan menunggu puncak haji pada 20 Agustus mendatang.
Sulit untuk tidak mengatakan bahwa ternyata jamaah haji asal Indonesia sangat dominan memenuhi setiap sudut Masjidil Haram dengan ciri khasnya sendiri-sendiri. Yang paling utama jamaah laki-laki dengan peci hitamnya sebagai identitas Nusantara yang melekat.
Para jamaah wanita biasanya tampak memakai syal, atau tas pinggang berlogo merah putih yang membedakannya dari jamaah haji lainnya.
Umumnya, para jamaah haji Indonesia ditempatkan di beberapa wilayah yang cukup jauh dari Masjidil Haram. Mereka diangkut dari dua terminal bus utama, Â Syib Amir dan Bab Ali yang secara 24 jam penuh melayani jamaah yang ingin beribadah di Masjidil Haram dari titik pemondokan mereka.
Setiap jamaah pasti dibekali dengan kartu nama hotel dan nomor bis yang senantiasa dibawa dalam tasnya. Namun demikian, ada saja dan sering jamaah kebingungan mencari arah pulang, ke terminal bus mana yang dimaksud. Alih-alih sampai di tempat tujuan, jamaah yang kebingungan memilih tinggal di masjid sampai bisa dipertemukan kembali dengan rombongannya.
Saya pernah menemukan seorang ibu yang kebingungan di areal masjid dan tidak berani pulang sejak magrib hingga waktu subuh. Ibu yang mengaku berasal dari Kabupaten Kuningan, Jabar ini terpisah dari rombongannya saat thawaf. Ia hanya menunjukkan kartu nomor bus dan alamat hotel, berharap dapat dipertemukan kembali dengan rombongannya.
Sulit memang, ditengah jutaan orang yang tumplek blek di Masjidil Haram suatu rombongan menjaga kekompakannya. Kadang ada saja kondisi diluar prediksi yang menyebabkan adanya seseorang yang terpisah dan ini justru yang seringkali terjadi. Namun, ada beberapa tips bagi jamaah haji agar tidak berlarut-larut dalam kesulitan dan dapat kembali dengan mudah ke pemondokannya.
Pertama, pastikan membuat kelompok kecil berjumlah 4 atau 8 orang yang sama-sama saling menjaga dan mengingatkan, sehingga mudah mengontrol satu sama lainnya.
Kedua, cobalah untuk tidak ragu bertanya ke jamaah haji asal Indonesia lainnya agar dapat ditemukan infornasi dimana keberadaan para petugas haji Indonesia yang selalu setia setiap saat melayani apapun kebutuhan para jamaah, termasuk mengantar langsung ke tempat pemondokan.
Ketiga, manfaatkan alat komunikasi dengan terlebih dahulu mengaktifkan sistem roaming atau internet karena kita berada di negara lain. Telepon seluler akan sangat bermanfaat untuk media komunikasi selama kita berada di Tanah Suci. Terkadang, belum diaktifkannya roaming, menghambat seluruh komunikasi jamaah selama di Arab Saudi.
Keempat, ketahui secara pasti dari terminal mana kita pulang. Terminal yang sejauh ini saya tahu hanya 2 yang kesemuanya terletak searah pintu keluar Marwah di Masjidil Haram. Bagi yang tinggal di sekitar Syisyah, akan disediakan bis dari terminal Syib Amir dan yang berada sekitar Misfalah, Jiad, atau Mahbas Jin, pulang melalui terminal Bab Ali.