Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebaran dan Pesan Perdamaian

17 Juni 2018   05:36 Diperbarui: 17 Juni 2018   05:54 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya lebih suka menggunakan istilah "lebaran" karena tentu saja memiliki pesan budaya Nusantara yang khas, tidak sekadar berkonotasi hari raya bagi agama tertentu. Meskipun makna "idul fitri" (Hari Raya Suci) bagi umat muslim memiliki konotasi kurang lebih sama, sebuah perayaan atas berakhirnya suatu peristiwa keagamaan yang cukup fenomenal: puasa Ramadan dan turunnya kitab suci al-Quran.

Lebaran dan Idul Fitri tentu saja identik, karena umumnya orang Indonesia menggunakan kedua istilah ini untuk menggantikan satu sama lain, lebaran ya Idul Fitri begitupun sebaliknya. Bagi saya, tak ada satu momen besar yang sangat fenomenal di negeri ini, kecuali lebaran karena pada satu peristiwa itu semua orang disibukkan oleh banyak hal bahkan fokus pemerintah sangat teramat besar dalam hal ini.

Lebaran bagi bangsa Indonesia memiliki pesan khusus, yaitu kegembiraan dan perdamaian. Hampir tak ada orang yang melewatkan momen lebaran tanpa menunjukkan kegembiraan yang diselingi pesan perdamaian melalui serangkaian permohonan maaf, baik secara langsung maupun tidak.

Tak ada pesan khusus yang terselip dari momen ini, kecuali maaf, kasih sayang, damai, persatuan, penghormatan, dan silaturahmi. Adakah momentum di luar Lebaran yang sangat kuat menebarkan pesan perdamaian? Saya kira hampir tidak ada, bahkan untuk peristiwa yang sama, seperti lebaran Haji (Idul Adha) tak ada yang secara khusus terus menerus menebarkan pesan perdamaian.

Momentum Idul Fitri dalam tradisi Islam, memang disebut secara khusus dalam al-Quran yang didahului oleh berakhirnya puasa Ramadan. "Dan sempurnakanlah hitungan (puasa Ramadan), dan agungkanlah nama Tuhan (bertakbir) atas petunjuk-Nya kepada kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bersyukur" (QS. al-Baqarah: 185).

Prosesi Lebaran dengan demikian dalam ajaran Islam ditandai oleh berakhirnya puasa Ramadan yang disusul dengan mengagungkan nama Tuhan sebagai wujud rasa syukur atas segala kenikmatan yang sejauh ini diberikan Tuhan kepada manusia.

Ungkapan "takbir", tentu saja adalah ungkapan rasa syukur dan terima kasih, bukan sekadar pekikan yang salah kaprah digunakan di jalanan dalam momen demonstrasi atau unjuk rasa.

Mengagungkan Tuhan melalui takbir hanya dilakukan oleh mereka yang secara khusus memahami makna akan sebuah "petunjuk" yang berhasil diungkap secara sadar melalui serangkaian ibadah puasa Ramadan.

Tanpa mampu mengungkap petunjuk Tuhan, takbir hanya sebatas "lips service" yang seringkali dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan sesaat, bukan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan sebagaimana kalimat takbir yang dikumandangkan ketika berakhirnya puasa Ramadan. Saya kira, gema takbir erat kaitannya dengan momentum rasa syukur, terselip makna yang kuat akan suasana suka cita, berkasih sayang, dan perdamaian.

Pesan perdamaian yang ada dalam setiap momen lebaran inilah yang semestinya mampu diungkap sebagai "petunjuk" Tuhan yang senantiasa ditanamkan kepada setiap manusia.

Meskipun pada kenyataannya, tak semua orang mampu menangkap pesan ini sehingga momentum lebaran hanya sekadar ritual tahunan mudik pulang kampung, memperteguh budaya konsumtif melalui kesibukan yang cenderung bersifat materialistik, dan tak jarang justru membuang nilai-nilai kebaikan positif bagi kehidupan manusia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun