Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kampus UIII dan Harapan Peradaban Dunia Islam

5 Juni 2018   14:43 Diperbarui: 6 Juni 2018   01:44 2601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan beberapa menteri terkait melakukan peletakkan batu pertama pembangunan gedung Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok, Jawa Barat. Lahan seluas kurang lebih 143 hektare rencananya akan berdiri sebuah kampus Islam bertaraf internasional dengan bangunan yang tata ruangnya disebut Presiden mencitrakan masa depan peradaban Islam dunia.

Presiden Jokowi tentu banyak berharap, kampus yang saat ini tengah dibangun, mampu menjadi pusat kajian Islam dunia. Dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia sudah seharusnya layak menunjukkan kepada dunia Islam akan sebuah pioneer peradaban, ditandai dengan kayanya khazanah keislaman terkait dengan latar belakang budaya lokalnya. Kekhasan nilai-nilai Nusantara yang hidup dalam realitas keislaman masyarakatnya dapat menjadi alasan, kenapa Indonesia pantas menjadi rujukan peradaban dunia Islam.

Kampus yang rencananya dibangun secara bertahap selama 4 tahun ini, akan menghabiskan alokasi dana APBN sebesar Rp 3,5 triliun, dana yang cukup besar dan masuk akal jika nanti keberadaan kampus ini menjadi corong peradaban dunia Islam.

Saya kira, Indonesia juga merupakan gudang para tokoh dan pemikir Islam yang sudah sedemikian diakui di kancah internasional. Dulu dikenal ada Abdurrahman Wahid, Nurcholis Majid, Djohan Effendi, atau Dawam Rahardjo dan kini dilanjutkan oleh Azyumardi Azra, Komarudin Hidayat, Quraish Syihab, dan masih banyak deretan nama-nama lainnya yang sangat mungkin menjadikan Indonesia sebagai pusat kajian Islam dunia lewat keberadaan kampus UIII yang saat ini dimulai pembangunannya.

Keinginan banyak pihak---termasuk Presiden Jokowi---untuk mengembangkan potensi Islam Nusantara sebagai model Islam moderat yang diakui dunia, tampaknya akan dimulai dari wilayah Depok, Jawa Barat ini. Lokasi yang ditengarai sebagai cikal-bakal perkembangan peradaban Islam, sebenarnya diapit oleh dua kampus negeri kenamaan, yaitu Universitas Indoenesia yang masih satu wilayah dengan UIII dan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang tak begitu jauh jaraknya dengan Depok. 

Yang mungkin memiliki kedekatan "ideologis" secara keilmuan tentu saja UIN, karena sulit untuk tidak dikatakan, bahwa tokoh-tokoh pemikir Islam belakangan yang go internasional adalah produk-produk IAIN atau kini UIN Jakarta. Sederet nama beken, seperti Quraish Syihab, Azyumardi Azra, dan Komarudin Hidayat adalah mantan rektor IAIN/UIN Jakarta secara berturut-turut.

Bukan suatu yang kebetulan saya kira, bahwa sederet nama mantan pemimpin di UIN Jakarta, tentu saja arsitek utama dalam pembangunan kampus UIII ini.

Tidak menutup kemungkinan, bahwa sederet nama tokoh besar mantan rektor UIN Jakarta pada akhirnya akan mengaktualisasikan dirinya di kampus yang baru ini. Siapa lagi yang mampu menggerakkan kampus Islam jika bukan mereka yang memiliki pengalaman kuat mengelola kampus Islam? UIII hanya memiliki kelebihan dalam model standar internasional yang sebelumnya di kampus-kampus seperti UIN juga pernah membukanya, seperti beberapa jurusan di fakultas ekonomi atau fakultas hukum yang membuka beberapa jurusan berstandar internasional.

Membangun peradaban Islam lewat kampus UIII memang sebuah harapan yang mewah, tampak menggigit dan kuat di awal-awal namun seringkali semakin mengendur setelah berbenturan antara harapan dan kenyataan. Peradaban Islam memang harus dimulai dari perkembangan yang baik terhadap ilmu pengetahuan, penerjemahan karya-karya berbahasa asing sehingga lebih mudah dikunsumsi masyarakat sebagai sumber rujukan keilmuan yang lebih luas.

Perlu kiranya memang, membuka fakultas-fakultas tertentu yang erat kaitannya dengan kemajuan peradaban, seperti pemikiran Islam (Islamic studies), Humaniora, Sains, dan ilmu-ilmu sosial. Bisa saja keberadaan fakultasnya terkoneksi dengan fakultas-fakultas keislaman yang tersebar di seluruh negara mayoritas muslim, sehingga bobot keilmuannya sangat kaya oleh nilai-nilai keadaban lintas sektoral.

UIII rencananya akan membuka 7 fakultas, yaitu Kajian Islam (Islamic Studies), Ilmu Sosial (Social Sciences), Humaniora (Humanities), Pendidikan (Education), Ekonomi Islam (Islamic Economics and Finance), Sains (Sciences), serta Arsitektur dan Seni (Architecture and Fine Arts). Saya kira, kekuatan pemikiran dan peradaban Islamnya ada pada fakultas Kajian Islam dan Ekonomi Islam, sedangkan yang lainnya sekadar pelengkap yang pada akhirnya akan mengikuti. 

Bagi yang sudah kesengsem ingin kuliah di sini, rencananya sampai 2019 mendatang UIII akan membuka tiga program studi terlebih dahulu, yaitu Islamic Studies, Political Science, dan Education. Hasrat kuat untuk mempercepat menjadi mercusuar peradaban dunia Islam sudah tampak dirasakan jauh-jauh hari.

Namun yang cukup penting dari semua itu adalah dampak dari hadirnya kampus besar ini akan memberikan lapangan kerja yang luas kepada masyarakat, baik mereka yang cocok di jalur administrasi maupun para pengajar atau dosen. Banyak mereka yang tersejahterakan melalui program pembangunan kampus UIII ini, sekaligus akan banyak para pelamar mencoba mengadu nasib di gedung yang didanai oleh kas negara ini. 

Pas kebetulan bahwa program pembangunan infrastruktur memang sedang gencar-gencarnya dijalankan pemerintah belakangan ini, bahkan menjarah hingga ke pelosok-pelosok terjauh di wilayah Indonesia.

Sebagai bagian dari umat muslim Tanah Air, saya juga tentu berharap, perwujudan peradaban Islam akan dimulai melalui kampus ini sebagaimana yang di elu-elukan Jokowi.

Kampus yang mengkonsentrasikan dirinya melalui kajian-kajian keislaman internasional, akan mampu menyedot banyak pihak untuk melakukan riset dan penelitian di kampus milik negara ini. Umat muslim Nusantara sudah semestinya bangga memiliki kampus Islam bertaraf internasional, sehingga warga lokal yang ingin mempelajari Islam dari sumber-sumber aslinya (berbahasa Arab) tak perlu lagi merantau hingga ke Timur Tengah. Namun cukup datang ke Depok semua harapan akan terwujud. Bahkan, mahasiswa asing-pun dapat mempelajari Islam dari sumber aslinya di Indonesia, karena seluruh rujukan keislaman sudah tersedia nantinya disini. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun