Satu hal, bahwa politik adalah kompetisi yang sehat, jujur, dan mengedepankan "persamaan" bukan memperlebar jurang perbedaan yang pada akhirnya hanya menjadi pembenci, pencaci, atau pengintimidasi yang jauh dari nilai-nilai kebaikan politik itu sendiri. Jika politik adalah "siasat" maka bersiasatlah untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat melalui berbagai program kerja yang mampu meningkatkan kemanfaatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Politik dagang kaos, pada akhirnya hanya ramai dipakai pada momen kontestasi politik, dan dicampakkan ketika kontestasi usai, tanpa menyerap nilai-nilai kebaikan dan kemanfaatan didalamnya, kecuali sekadar propaganda yang belum jelas kepada siapa arah dukungannya.Â
Tapi, bagi saya tetap menarik, karena disinilah sebuah dinamika politik: ada yang jualan kaos, penyuka kaos, penyuka tagar, pencinta meme, yang keseluruhannya gandrung akan simbolisasi tak peduli soal substansi yang justru lebih dahsyat dari sekadar simbol. Saya kira, kita-pun pada akhirnya mampu menilai, politik macam apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh para "penyuka" kaos model ini yang ramai memenuhi ruang-ruang publik yang seharusnya steril dari konteks politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H