Perjalanan sesungguhnya dalam dimensi kehidupan manusia adalah Mi'raj (mencapai puncak tertinggi) yang dalam bahasa John Renerd dalam buku "In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience", disebut perjalanan heroik menuju kesempurnaan dunia spiritual yang dialami oleh Nabi Muhammad. Inilah sesungguhnya perjalanan hidup yang abadi, lepas dari penjara kehidupan yang mengungkung raga kita. Dalam terminologi sufistik, hal ini disebut sebagai perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi. Mi'raj seakan menjadi perjalanan spiritual tanpa penghalang, menembus langsung ke "sidratul muntaha", tanpa batas, tanpa sekat yang menghalangi antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Maka jika Isra merupakan perjalanan "wisata" manusia dalam menempuh kehidupannya di dunia, Mi'raj justru perjalanan ruhani, dimana seorang manusia menyadari, betapa raga ini memiliki keterbatasan, akal ini seringkali buntu, tak mungkin mengungkap seluruh dimensi alam. Ketika akal buntu dan memilih fiksi, maka ruhani tak berhenti, terus menelusuri dan menyingkap tabir kebesaran Tuhan. Itulah kenapa, dalam tradisi Islam, shalat merupakan perjalanan ruhani mencapai puncak ketinggian, sebagiamana proses Mi'raj-nya Nabi. Dan shalat, bukanlah fiksi, tapi fakta  mewujud dalam perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H