Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mak Haji Ekoy dan Gembolannya

6 April 2018   10:52 Diperbarui: 6 April 2018   13:13 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.qraved.com

Esok harinya, ibu saya membawa gembolan uang Mak Ekoy ke bank walaupun dengan agak ragu, apakah semua uang ini cukup atau tidak. Pihak bank-pun nampak terheran-heran dengan gembolan yang dibawa ibu saya, namun dengan penuh kerelaan, lembar per lembar seluruh uang itu selesai dihitungnya. "Semuanya berjumlah 5 juta 230 ribu ibu, jadi kekurangannya hanya sekitar 100 ribu saja", kata petugas bank setelah menghitung seluruh uang Mak Ekoy. "Subhanallah, ya sudah lunasin saja sekarang, biar selesai urusannya," jawab ibu saya dengan terharu. Ongkos haji tahun 1990 waktu itu hanya sekitar Rp 5.320.000 dan Mak Ekoy dengan keyakinan hatinya mengumpulkannya selama kurang lebih 20 tahun!

Bukan alang kepalang senangnya Mak Ekoy setelah mengetahui dirinya bisa pergi haji bersama seseorang yang sangat dirinya percaya. Tak habis-habisnya dirinya mengucap rasa syukur kepada sang Maha Kuasa dan menyadari benar bahwa Allah jelas tak akan membiarkan hamba-Nya yang berusaha secara maksimal. 

Mak Ekoy bukanlah siapa-siapa, bukan seseorang yang terpandang, bukan pula pribadi yang beruang, bahkan di kampungnya hanya dikenal sebagai sosok ramah yang rajin bekerja, jarang mengeluh walaupun kecukupan hidupnya jauh dari pas-pasan. 

Air mata Mak Ekoy berlinang di malam itu ditengah heningnya suasana malam, menetes membasahi lekukan mukenanya yang sudah tipis dan usang. Sajadah miliknya yang hanya satu-satunya, senantiasa menjadi saksi, menemani kegundahan hatinya untuk segera beribadah haji.

"Neng, Alhamdulillah, Mak makasih sekali sudah dibantu semuanya. Nanti Mak akan cicil kekurangan biaya haji yang sudah Neng lunasin," pinta Mak Ekoy ketika bersama ibu mengurusi kelengkapan dokumen ibadah haji. "Sudah Mak, gak usah dipikirin. Mak sekarang tinggal berdoa, supaya Mak selalu sehat sampai nanti berangkat", jawab ibu dengan penuh haru. "Tapi itu tetep utang Mak, dan Mak harus bayar, karena Mak gak mau mati masih bawa utang", kata Mak Ekoy keukeuh. Ibu Cuma tersenyum dan bergumam dalam hati, betapa orang ini berhati mulia, tak pernah mau merepotkan orang lain, pun sebenarnya dirinya sendiri repot mengurusi hidupnya sehari-hari.

Dua bulan kemudian, tibalah waktu berangkat Haji dan Mak Ekoy sedari dini hari sudah mempersiapkan seluruh peralatan yang hendak dibawa. Maklum, zaman waktu itu pergi haji harus membawa peralatan masak sendiri, berbeda dengan haji tahun ini, seluruhnya sudah di-cover pihak pemerintah, termasuk makan yang sudah di-handle pihak katering. 

Tanpa diiringi sanak saudaranya, Mak Ekoy bergegas menuju asrama haji kabupaten hanya dianter Mang Encon, tukang becak yang selalu setia membawakan dagangan serabinya setiap pagi. "Mak, doain saya biar bisa pergi haji", kata Mang Encon membuka pertanyaan. Dirinya juga terharu melihat Mak Ekoy yang sedemikian gigih dan akhirnya terbayar seluruh kegigihannya selama ini. 

Kini Mak Ekoy sudah berpulang, 5 tahun yang lalu dan warga mengenalnya dengan baik dengan sebutan "Mak Haji Ekoy" yang tetap berjualan serabi hingga akhir hayatnya. Selamat jalan Mak, semoga amal ibadah Mak Haji diterima disisi Allah dan menginspirasi banyak orang disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun