NU dipilih Jokowi, semata-mata karena ormas inilah yang masih kuat mentradisikan "gaya hidup" pesantren dalam setiap lingkup kehidupan sosial-politiknya, bahkan NU memiliki serangkaian sejarah panjang sebagai pemelihara tradisi pesantren dan penjaga atas keberadaan "sub-kultur" masyarakat Indonesia. Sebagai pewaris, pemelihara, dan penjaga "sub-kultur", NU dan pesantren tentu saja lekat dengan ideologi politik kebangsaan yang cenderung selalu akomodatif terhadap penerimaan beragam perbedaan, baik sosial, budaya, bahkan agama.Â
Sejauh ini, faktor kedekatan ideologis antara "santri" dan "abangan", tampak lebih cocok dibanding santri-priyayi, yang kemudian mewujud dalam bentuk formal koalisi politik dalam iklim pemenangan kontestasi. Itulah kenapa tak heran, jika belakangan Jokowi tampak semakin dekat dengan pesantren karena "kesamaan" ideologi politik kebangsaan yang sama-sama dianutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H