Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pesantren dan Politik

19 Maret 2018   21:09 Diperbarui: 20 Maret 2018   12:15 3560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (liputanaceh.com)

NU dipilih Jokowi, semata-mata karena ormas inilah yang masih kuat mentradisikan "gaya hidup" pesantren dalam setiap lingkup kehidupan sosial-politiknya, bahkan NU memiliki serangkaian sejarah panjang sebagai pemelihara tradisi pesantren dan penjaga atas keberadaan "sub-kultur" masyarakat Indonesia. Sebagai pewaris, pemelihara, dan penjaga "sub-kultur", NU dan pesantren tentu saja lekat dengan ideologi politik kebangsaan yang cenderung selalu akomodatif terhadap penerimaan beragam perbedaan, baik sosial, budaya, bahkan agama. 

Sejauh ini, faktor kedekatan ideologis antara "santri" dan "abangan", tampak lebih cocok dibanding santri-priyayi, yang kemudian mewujud dalam bentuk formal koalisi politik dalam iklim pemenangan kontestasi. Itulah kenapa tak heran, jika belakangan Jokowi tampak semakin dekat dengan pesantren karena "kesamaan" ideologi politik kebangsaan yang sama-sama dianutnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun