Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Logo 212 yang Disamarkan di Film Terbaru Wiro Sableng

14 Februari 2018   15:56 Diperbarui: 14 Februari 2018   17:58 4549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Jogja - Tribunnews.com

Mengerikan memang, karena zaman ini merupakan zaman "kegilaan", hingga ada orang-orang yang dituduh gila atau depresi karena memburu dan menyakiti para tokoh agama. Kegilaan bahkan sudah merambah media sosial, karena betapa semua informasi baik yang benar maupun sekadar fitnah bercampur aduk menjadi satu. Bukankah itu juga suatu kegilaan? Yang penting, kita tidak ikut menjadi "gila" karena maraknya provokasi yang "nggilani" di media sosial.

Bukan suatu kebetulan, bahwa nama "Sableng" yang disematkan dibelakang nama "Wiro" juga identik dengan kondisi kegilaan, tak jauh berbeda dengan gurunya Sinto Gendeng yang setali tiga uang. Rasanya tepat jika film ini tayang disaat kondisi "kegilaan" sedang marak terjadi di negeri ini. "Kegilaan" tentu saja merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah "perihal (kondisi atau keadaan) gila; sesuatu yang melampaui batas; kebodohan, kesalahan (dengan sengaja)". 

Bukankah maraknya berita bohong (hoax) memang massif disebarkan dan menjadi pemicu kebodohan masyarakat? Belum lagi kegilaan dalam agama (berlebihan hingga melampaui batas) yang kemudian timbul keresahan dan kekerasan ditengah masyarakat dengan mengatasnamakan agama? Semoga film Wiro Sableng yang akan tayang nanti, tidak membuat orang semakin gila, tetapi justru semakin waras dalam berpikir maupun bertindak.

Saya tentu bangga sebagai penggemar Pendekar 212, bukan hanya angkanya, yang sempat melekat dan seringkali mengganggu imajinasi saya untuk menulis soal fiksi. Bagi saya, karakter Wiro Sableng, sebagai sosok yang hebat, berilmu tinggi, cerdas, namun kocak tetap sebagai manusia rendah diri yang senantiasa humanis. 

Bahkan tokoh ini dalam perjalanannya seringkali membela kaum lemah, tanpa mempertanyakan mereka berasal dari golongan mana, kelompok mana atau beragama apa. Yang paling menarik, tokoh Wiro Sableng belajar dari banyak guru yang tersebar diseluruh Nusantara. Diantara gurunya yang seringkali disebut adalah "Kakek Segala Tahu" dan "Datuk Rao Basaluang Ameh" yang disaat-saat genting Wiro mengeluarkan jurus-jurus kanuragan yang diajarkan mereka. 

Ah, saya jadi semakin terimajinasi oleh ketokohan Wiro Sableng, yang walaupun disebut "sableng", tetapi hatinya bersih, tak ada hasrat terhadap kekuasaan, apalagi berpikir soal keburukan orang lain. Walhasil, saya hanya berharap, bahwa karakter Wiro Sableng yang ada dalam filmnya nanti, mampu membawa nuansa edukatif kepada masyarakat, bukan sekadar tontonan tetapi dapat menjadi tuntunan.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun