Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keirian PDIP dan Kemanjaan Golkar

26 Januari 2018   11:21 Diperbarui: 26 Januari 2018   12:36 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan rangkap jabatan justur dikhawatirkan "bias" yang pada akhirnya sulit membedakan, mana kepentingan bangsa dan mana kepentingan segelintir orang. Belum lagi jika seorang menteri diundang dalam acara-acara internal parpol, tetapi disaat yang sama harus bertugas sebagai abdi negara mensosialisasikan kebijakan-kebijakan nasional, maka yang terjadi "tumpang tindih" bahkan kesulitan memilih mana yang harus didahulukan.

Kader parpol yang ada dalam struktur kabinet, memang sudah semestinya tak lagi rangkap jabatan, karena dirinya sudah bukan lagi "milik" parpol, tetapi milik seluruh masyarakat. Kepentingannya yang dibawapun adalah kepentingan nasional yang memikul seluruh aspirasi masyarakat, bukan lagi kepentingan parpol yang cenderung ditunggangi muatan-muatan politis.

Lagi pula, iri dalam soal kekuasaan politik memang sudah biasa terjadi, hanya saja ketika rasa iri itu terus dibiarkan tanpa kejelasan, mungkin saja menimbulkan konflik politik yang lebih besar. Namun, sudah menjadi tipikal dari kepemimpinan Jokowi yang "membiarkan" konflik terjadi dan memberikan keleluasaan kepada setiap partai untuk "menangkap makna" dari setiap kebijakannya. Sinyal kebolehan rangkap jabatan bahkan dinyatakan oleh staf baru kepresidenan, Moeldoko, yang tak mempermasalahkan jika menteri akan kembali menjabat sebagai pengurus harian partai.

Hal inilah barangkali yang kemudian dimaksud oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, bahwa pemilu 2019 mendatang merupakan pemilu terumit di dunia, karena selain diikuti oleh banyak partai yang masing-masing cerminan dari ideologi politik berbeda, soal rangkap jabatan yang diizinkan dalam kabinet akan menjadi kerumitan tersendiri dalam proses ajang kontestasi nasional. Bagaimana tidak, jika kemudian para menterinya berkampanye untuk kepentingan partainya sendiri-sendiri dan disaat yang bersamaan mereka juga tetap menjalankan tugas sebagai agen pemerintah yang merealisasikan kebijakan-kebijakan nasional.

Bisa saja Jusuf Kalla secara tidak langsung sedang menjalankan "kritik internal" agar presiden segera meluruskan kebijakannya soal rangkap jabatan para menterinya agar tak tumpang tindih, mana kegiatan partai dan mana pengabdiannya sebagai seorang pejabat negara yang lebih fokus pada kepentingan rakyat banyak. Keirian PDIP atas kemanjaan Golkar, lambat laun semakin memperumit perihal kontestasi politik tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun