Mereka yang sadar dengan keterikatan budaya, nilai, dan tradisi bangsanya, sudah tentu senantiasa berjuang mempertahankan keutuhan bangsa yang memang Bhineka Tunggal Ika ini. Lagi pula, jamaah tarekat merupakan perwujudan dari pribadi-pribadi "bersih" yang senantiasa mendoakan keutuhan dan kesatuan bangsa ini, tanpa ada kepentingan apapun dibalik keikhlasan doa-doa mereka. Seringkali bahkan kita melupakan, bahwa masih ada pribadi-pribadi ikhlas yang tersebar dalam beragam jamaah tarekat di Nusantara.
Pada akhirnya, keberadaan Jatman yang jauh dari hiruk-pikuk politik-kekuasaan, atau ikut tercebur dalam dunia hoax dan fitnah yang sejauh ini masuk dalam "lingkaran politik", mulai diperhatikan negara sebagai bagian dari penjaga tradisi dan warisan budaya Islam Indonesia.Â
Siapa yang mampu menjaga warisan budaya Islam Nusantara selain jamaah tarekat? Yang masih mengikuti ajaran para ulama terdahulu, saling tepa selira, menghormati sesama, jauh dari kebencian dan kebohongan? Saya kira, Presiden Jokowi sadar betul bahwa keberadaan tarekat di Indonesia mampu membawa bangsa ini lebih menyadari akan arti sebuah keragaman budaya, yang harus saling menjaga dan menghormati. Dalam bahasa eufimisme, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa dirinya tak sanggup menghafal sekian banyak suku dan bahasa, yang tak lain dimaksud adalah betapa sulitnya menghafal nama-nama tarekat di Indonesia, beserta para pendirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H