Nama Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar, perlahan tapi pasti sepertinya memiliki "kesamaan" baik dilihat dari imbas "karma politik" maupun kedekatan aliansi visi dan misi parpol pendukungnya. Peluang besar menanti keduanya, tak penting mana yang harus menjadi cagub dan cawagub, karena mekanisme politik partai-lah yang paling berhak menentukannya.Â
Dukungan terbesar dipastikan datang dari Golkar dan Demokrat, hanya tinggal menunggu PDIP yang sudah sejak lama melirik ketokohan Dedi Mulyadi. Tidak menutup kemungkinan, jika ada parpol lain yang mengalihkan dukungannya kepada dua kandidat ini, terlebih karena sudah terbentuk "koalisi reuni" yang mengklaim ingin mengulang kemenangan seperti di Pilkada Jakarta tahun lalu.
Karma politik di Pilkada Jabar nampaknya berlaku, dirasakan oleh para kandidatnya yang dipastikan akan bertarung dalam memperebutkan tiket menjadi orang nomor satu di Tanah Pasundan itu. Jabar nampaknya menjadi pertaruhan politik para elit parpol, utamanya guna memuluskan dan mendulang suara menuju Pilpres 2019 mendatang.Â
Parpol pengusung juga nampaknya berkeinginan mengulang "karma politik", melihat dari fenomena koalisi yang sedang dibangunnya kali ini. Gerindra, PKS, dan PAN tentu saja seakan memperteguh koalisi abadi-nya setelah sukses mendulang kemenangan di Pilkada Jakarta. Golkar dan PDIP, tentu saja tak mau ketinggalan, menyelaraskan visi dan misinya sebagai parpol pendukung pemerintah, membentuk poros tersendiri.
Ihwal parpol lainnya bisa saja mengikuti, kepada siapa dukungan politiknya dilabuhkan mengingat karma politik itu pasti tetap berlaku. Tidak menutup kemungkinan, PKB sebagai parpol pendukung RK di Pilkada Jabar bakal mengalihkan dukungannya kepada Dedi Mulyadi, mengingat kedekatan Dedi dengan dunia pesantren dan warga Nahdliyyin akan menjadi modal politik Dedi yang akhirnya menggoda PKB agar mau berpindah dukungan kepadanya.Â
Karma politik di Pilkada Jabar pada akhirnya, mengubah seluruh peta politik yang ada bukan semata-mata karena politik itu dinamis, tetapi karma sepertinya juga ikut menjadi "penentu" pribadi para kontestannya. Cukup tepat rasanya, jika karma politik lebih mewarnai Pilkada Jabar daripada pertimbangan politik-keekonomian yang selama ini menjadi pertimbangan utama parpol dalam setiap perhelatan politik pilkada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H