Bulan November 2017 ini, bertepatan dengan bulan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad, seharusnya menjadi sebuah refleksi sejarah, lahirnya seorang pemimpin umat yang berhasil mempersatukan, mendamaikan dan membangun manusia yang berperadaban dan berkemajuan. Umat muslim tentu saja merindukan, sosok pemersatu yang mampu menebarkan pesan-pesan  moral kemanusiaan, bukan penebar kebencian atau permusuhan dengan pihak-pihak lain.Â
Seluruh prilaku yang tertanam dalam pribadi Nabi Muhammad sudah seharusnya menjadi "contoh hidup" yang senantiasa diserap oleh seluruh umat muslim sebagai pengagumnya. Maulid Nabi Muhammad, bukan sebatas perayaan yang dimeriahkan melalui berbagai pengajian, tetapi lebih dari itu, teladan sebagai pemimpin umat yang mengusung nilai-nilai kedamaian, persatuan, dan rahmatan lil'alamin, memang sudah seharusnya diaplikasikan dalam konteks pergaulan sehari-hari.
Peristiwa tahun gajah dan kelahiran Nabi Muhammad, tentu saja menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia, dimana egoisme, keserakahan, kesombongan, bahkan kesewenang-wenangan pada akhirnya tak pernah abadi, hancur dan lenyap oleh datangnya pribadi yang luhur dan bijak. Peristiwa sejarah ini tentu saja bukan omong kosong, apalagi dianggap sebuah berita bohong, seperti yang belakangan ini marak dikonsumsi masyarakat.Â
Jika itu adalah hanya sekadar legenda atau cerita rakyat, tentu saja sudah hilang bak ditelan bumi, tak pernah lagi menjadi tradisi oral yang menyejarah diungkap oleh berbagai ahli yang bergelut dalam banyak bidang disiplin keilmuan. Kelahiran Nabi Muhammad tentu saja mengingatkan kita akan sebuah peristiwa dan sosok agung yang mendunia, penebar kedamaian dan persatuan. Allahumma Shalli 'ala Sayyidinaa Muhammad!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H