Saya kira, "kepatuhan" politik Dedi terhadap keputusan Golkar yang mengusung Emil di Pilgub Jabar, bukan berarti dirinya menolak ketika dicalonkan oleh PDIP dan parpol pengusung lainnya untuk maju di Pilgub Jabar mendatang. Kepatuhan, tentu saja adalah Dedi merelakan dirinya tak diusung Golkar dan meminta kepada seluruh kader Golkar untuk memilih kandidat yang secara resmi diusung parpol berlambang beringin ini.
Soal dirinya diusung oleh PDIP dan parpol lainnya, itu adalah persoalan lain, karena dirinya tentu saja tak didukung kader Golkar, tetapi didukung kader parpol lain yang merasa selaras dengan ideologi politik Dedi Mulyadi. Jika pada akhirnya memang benar, PDIP menjatuhkan pilihan pada "Dua D" (Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar), maka sulit bagi Dedi Mulyadi menolak untuk tidak mengikuti kontestasi.Â
Kemungkinan terberat barangkali, Dedi segera menanggalkan jaket kuning kebesarannya dan berganti baju parpol lain yang konsekuensinya, Dedi tak lagi bernaung di parpol yang selama ini dipimpinnya. Kepatuhan Dedi menjadi kegalauan Golkar, ditengah menguatnya pragmatisme politik akibat kebutuhan jangka pendek arus komersialisasi dunia politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H