Saya pernah diajar beliau ketika masih kuliah di Fakultas Ushuludin IAIN Jakarta tahun 1995 dan saya mengetahui juga merasakan bagaimana cara pandang beliau yang sangat moderat dalam menyampaikan kajian-kajian keislaman. Tuduhan yang dialamatkan kepada beliau soal penyimpangan aqidah hanya karena pendapatnya yang kontroversial soal jilbab, sungguh sangat tak berdasar dan jauh panggang dari pada api.
Sejauh ini, hubungan antarkelompok Islam seringkali tercederai oleh berbagai unggahan "subjektif" Â yang mengandung unsur kebencian, fitnah atau kekanak-kanakan, padahal sebuah hal yang wajib untuk membangun harmonisasi hubungan antarmasyarakat, baik dengan non-muslim terlebih sesama muslim, sebagaimana disebutkan Al-Quran: "Berpegang teguhlah kepada ikatan Tuhan (iman) semuanya dan janganlah bercerai-berai.." (QS. Ali Imran: 103). Bahkan, Nabi Syu'aib pernah mengungkapkan ucapannya yang direkam abadi olah Al-Quran: "Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan)kebaikan selama aku masih berkesanggupan.
Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali" (QS. Huud: 88). Ini juga salah satu motto yang ditulis dalam sebuah buku bagi jawaban Quraish Shihab yang menuduh dirinya Syiah, dalam bukunya, "Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?" Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H